PENDIDIKAN GLOBAL DAN GLOBALISASI PENDIDIKAN
Abstract
Sudah semestinya apabila pembentukan akhlak mulia harus tetap diprioritaskan dalam tujuan penyelenggaraan pendidikan. Namun, seiring lajunya zaman rasanya semakin berat tantangan dunia pendidikan ini dalam rangka menyiapkan manusia yang mempunyai akhlak mulia. Diketahui, bahwa pada era globalisasi ini, batas-batas budaya sulit dikenali. Oleh karena itu, tugas dunia pendidikan semakin berat untuk ikut membentuk bukan saja insan yang siap berkompetisi, tetapi juga mempunyai akhlak mulia dalam segala tindakannya sebagai salah satu modal sosial (capital social). Agar terbentuknya insan yang berakhlak mulia, tentu saja ada suatu tuntutan bagaimana proses pendidikan yang dijalankan mampu mengantarkan manusia menjadi pribadi yang utuh, baik secara jasmani maupun rohani. (Sudarwan Danim, 2006: 65).
Lebih dari itu, dunia pendidikan masih dihadapkan pada kerusakan yang tengah dialami bangsa Indonesia, yaitu permasalahan "krisis multidimensi". Artinya, krisis yang tengah melanda bangsa ini tidak hanya dalam bidang financial moneter (keuangan) semata, melainkan juga adanya pengelolaan yang lemah (weak governance) dalam urusan pemerintahan serta kekuasaan, sehingga semakin merambah meliputi semua segi kehidupan bangsa (Nurcholish Madjid, 2004: 113). Untuk itu, penegakan akhlak yang mulia harus menjadi agenda yang tidak boleh dikesampingkan, karena lemahnya akhlak inilah yang tampaknya menyebabkan bangsa ini mengalami krisis multidimensi. Dapatlah diamati, KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) yang menjadi penyakit bangsa ini sulit dihentikan, seakan-akan telah menjadi suatu budaya. Bahkan pada era reformasi ini ditemui, untuk tidak mengatakan banyak, orang yang awalnya meneriakkan "hentikan korupsi", sekarang sebaliknya malah dia sendiri yang melakukan KKN. Seakan-akan dia berteriak karena belum mendapat bagian kue, dan ketika giliran mendapatkannya lantas diam Melihat kedaan semacam ini, tidaklah berlebihan apabila salah satu perioritas garapan dunia pendidikan adalah mengatasi krisis akhlak yang tengah melanda bangsa ini. Namun, terkadang memang terasa ironis, disebabkan kebanyakan yang melakukan tindak korupsi atau berprilaku tak berakhlak adalah mereka orang-orang yang "terdidik". Mereka adalah orang yang pernah mengenyam dunia pendidikan, yang rata-rata pernah duduk di tingkat pendidikan menengah lanjutan sampai perguruan tinggi, bahkan tingkat doktoral. Pertanyaannya adalah, apakah hal tersebut menandakan kurang berhasilnya dunia pendidikan bangsa Indonesia? Atau, perilaku yang semacam ini sudah menjadi mental kebanyakan masyarakat bangsa Indonesia, sehingga sulit disembuhkan. Terlepas dari semua itu, tetap bahwa pendidikan akhlak atau pendidikan humaniora harus dikedepankan. Dengan demikian, tidak semestinya terdengar atau keluar perkataan "putus asa".Full Text:
PDFReferences
Ahmad Tafsir. 2004. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosdakarya.
Al-Zarnuji, Syekh. t. th.. Ta'lim al-Muta'allim Thoriq al-Ta'allum. Semarang: Toha Putra.
Ardi Kapahang dkk. "Moralitas Kkaum Terdidik: Suatu Tinjauan Filsafat Pendidikan". Artikel, Oktober 2001. http://tumoutou.net/3_sem 1_012/ke5_012. htm.
Azyumardi Azra. 1998. Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.
Chomaidi. "Peranan Pendidikan dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Sumeber Daya Manusia". Disampaikan di depan Rapat Senat Terbuka UNY, 15 Oktober 2005.
Fatih Syuhud, A. "Tantangan Pendidikan Islam di Era Globalisasi"
http://afatih.wordpress.com/2005/09/06/tantangan-pendidikan-islam-di- era-globalisasi.
Francis Fukuyama. "Social Capital and Civil Society",
http://www.imf. org/external/pubs/ft/seminar/1999/reforms/fukuyama. ht m#I
"Free Seks Masalah Kronis".
http://intra.aidsindonesia.or.id/index.php?option=com.
Gunaryadi. 2006. "Pendidikan Nasional, Globalisasi, dan Peranan Keluarga". http://sekolahindonesia.nl/globalisasi-pendidikan.pdf
Imam Barnadib. 1996. Dasar-dasar Kependidikan: Memahami Makna dan Perspektif Beberapa Teori Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Imam Zamroni, M. "Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat (Rekonstruksi Sistem Pendidikan Nasional Menuju Pendidikan Berbasis Kerakyatan)". Dalam Imam Machali. 2004. Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi: Buah Pikiran Seputar; Filsafat, Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Irwan Abdullah. 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jalaluddin Rakhmat. 2003. Islam Aktual: Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim. Bandung: Mizan.
Mansour Fakih. 2002. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Miftahuddin. "Konsep Profil Guru dan Siswa: Mengenal Pemikiran al-Zarniji Dalam Ta'lim Al-Muta'allim dan Relevansinya. Cakrawala Pendidikan, Juni 2006, Th. XXV, No. 2.
Mochtar Buchori. 1994. Sepektrum Problematika Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Muhammad Zaenuddin. 2004. Membaca Wacana Intelektual: Perspektif Keagamaan, Sosial-Kemasyarakatan, dan Politik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nurcholish Madjid. 2004. Indonesia Kita. Jakarta: Gramedia.
Piotr Sztompka. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Terj. Alimandan dari "The Sociology of Social Change". Jakarta: Prenada.
Qodri Azizy, A. 2004. Melawan Globalisasi: Reinterpretasi Ajaran Islam Persiapan SDM dan Terciptanya Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
"Social Capital and Education".
http://www1. worldbank. org/prem/poverty/scapital/topic/edu2. htm
Sudarwan Danim. 2006. Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suyanto, "Persoalan Pengangguran dan Pendidikan" Kompas, 29 Mei 2004.
Sri Hartana. 2004. "Reformasi Total dalam Pembinaan Moral". Suara Merdeka, Senin, 27 September.
Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: Rosdakarya.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Indexed By: |