NALARs https://jurnal.umj.ac.id/index.php/nalars <p><a href="/index.php?journal=konversi&amp;page=index" target="_self"><img style="float: right; width: 200px; height: 300px; margin-left: 10px;" src="/public/site/images/ojs/nalars.jpg" alt="" /></a></p><p style="font-size: 16px; text-align: justify;"><span>Architectural Journal of NALARs Universitas Muhammadiyah Jakarta is a national journal which provide articles from research base.</span> <span>The publication is a routine one in January and July in every year. The first publication of NALARs is in 2002 and it has been published continually and consistantly in every 6 months. <span>Architectural Journal of NALARs presents articles based on architectural research in micro, mezo and macro. Published articles cover all subjects as follow: architectural behaviour, space and place, traditional architecture, digital architecture, urban planning and urban design, building technology and building science.</span><br /></span></p><ul><li style="font-size: 16px; text-align: justify;"><strong><a>p-ISSN: </a><span><a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1180429382">1412 –3266</a></span></strong> (print)</li><li style="font-size: 16px; text-align: justify;"><strong><a>e-ISSN: </a><a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1483510502">2549– 6832</a> </strong>(online)</li></ul><p style="font-size: 16px; text-align: justify;"><span><span>Architectural Journal of NALARs invites all lecturers, academic staffs, researchers, reviewers and related field to architecture to contribute in the publication by sending and submitting articles based on research. All submitted articles will be reviewed by peer-review board. After the process of review completed, all the result will be informed to author through Open Journal System (OJS) as well as email to author.</span></span></p><p style="font-size: 16px; text-align: justify;"><span>Since the 2024 edition, NALARs Journal of Architecture uses a new template. The template can be seen at <a href="https://docs.google.com/document/d/1kzuZeJI7olRJhV8p772Wb3YqjqA4vxoc/edit">Template</a></span></p><p style="font-size: 16px; text-align: justify;"><span>Editor in Chief</span></p><p style="font-size: 16px; text-align: justify;"><span>NALARs Journal of Architecture<br /></span></p><br /><p> </p> Universitas Muhammadiyah Jakarta en-US NALARs 1412-3266 POLA PERMUKIMAN KAMPUNG TRADISIONAL STUDI KASUS : KAMPUNG KAMBOJA KELURAHAN BENUA MELAYU LAUT KOTA PONTIANAK https://jurnal.umj.ac.id/index.php/nalars/article/view/20513 <p><span lang="IN">Proses terbentuknya pola permukiman di dasar dari berbagai aspek yang membentuk suatu permukiman. Secara topografi permukiman Kampung Kamboja terbentuk dari penyusun unsur lingkungan yaitu air sungai. Unsur lingkungan tersebut menjadi wadah untuk melakukan aktivitas masyarakat setempat. Kondisi lingkungan bermukim diharapkan dapat menunjang aktifitas baik dari segi finansial dan aksesibilitas. Kebudayaan suatu permukiman juga tidak terlepas dari tradisi maupun adat istiadat dari sebuah permukiman. Suatu komunitas memilih lokasi permukiman berdasarkan tradisi atau adat istiadat yang telah di turunkan secara turun temurun . Penelitian ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi pola permukiman yang berada di Kelurahan Benua Melayu Laut, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan data geo-spasial, survei lapangan, dan digital tracing untuk mengidentifikasi pola permukiman yang ada. Termasuk distribusi bangunan, dan aksesibilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya 2 pola dalam penggunaan lahan: pola linier pada permukiman yang berada di bantaran sungai dan mengelompok, pada permukiman yang berada di dekat jalur jalan kota.</span></p><p><em>The process of forming a settlement pattern at the base of various aspects that make up a settlement. Topographically, Cambodian Village settlements are formed from the constituent elements of the environment, namely river water. These environmental elements are a forum for carrying out local community activities. The condition of the living environment is expected to support activities both in terms of finance and accessibility. The culture of a settlement is also inseparable from the traditions and customs of a settlement. A community chooses the location of a settlement based on traditions or customs passed down from generation to generation. This study also aims to identify settlement patterns in Benua Melayu Laut Village, South Pontianak District, Pontianak City, and West Kalimantan. This study uses qualitative methods with geospatial data, field surveys, and digital tracing to identify settlement patterns, including building distribution and accessibility. This study's results show two patterns in land use: linear patterns in settlements located on riverbanks and clustering in settlements located near city roads.</em></p><p><span lang="IN"><br /></span></p><p><span lang="IN"><br /></span></p> Zairin Zain Muhammad Hadi Pranata Copyright (c) 2025 NALARs 2025-01-08 2025-01-08 24 1 1 10 10.24853/nalars.24.1.%p KETERJANGKAUAN HUNIAN BAGI MBR MELALUI PROGRAM APARTEMEN TRANSIT JAWA BARAT. Studi Kasus: Skema Gerakan Menabung Penghuni Apartemen Transit Jawa Barat (GEMPITA) https://jurnal.umj.ac.id/index.php/nalars/article/view/17340 <p>Tingginya harga rumah mengakibatkan masyarakat, khususnya Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), tidak dapat menjangkau kepemilikan hunian. Salah satu program pemerintah yang dapat membantu MBR untuk dapat menjangkau hunian yang sesuai dengan kemampuan ekonomi masing-masing individu adalah program rumah subsidi. Meskipun begitu, uang muka rumah subsidi dinilai masih terlalu tinggi bagi MBR. Oleh sebab itu, Gerakan Menabung Penghuni Apartemen Transit (GEMPITA) hadir untuk membantu mempersiapkan keuangan kepemilikan hunian. Skema ini dibuat untuk penghuni Apartemen Transit Jawa Barat agar dapat mengupayakan pemenuhan uang muka kepemilikan hunian yang layak. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat bahwa upaya pemerintah dalam membantu masyarakat memenuhi kebutuhan hunian seringkali hanya berfokus sampai pada kepemilikan rumah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi dan evaluasi terhadap keterjangkauan hunian layak melalui Skema GEMPITA bagi MBR. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif-kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa GEMPITA terbukti membantu MBR dalam mempersiapkan keuangan untuk pemenuhan uang muka (DP) kepemilikan hunian yang layak. Hal ini dapat dilihat dari tahun 2015-2022 sebanyak 247 KK telah memiliki hunian melalui Program GEMPITA. Tetapi, program ini dinilai tidak terjangkau karena (1) pembayaran pertama yang perlu dibayar penghuni tidak hanya mencakup uang muka, tetapi juga biaya administrasi dan kepengurusan legalitas hunian; (2) biaya cicilan bulanan lebih dari 30% dari penghasilan; dan (3) lokasi rumah yang berada jauh dari area perkotaan menyebabkan adanya pengeluaran tambahan seperti biaya transportasi.</p><p><span class="ts-alignment-element"><em><span>High house prices have made people, especially low-income people (MBR), unable to obtain residential ownership. One of the government programs that can help MBR reach housing that suits the economic ability of each individual is the subsidized housing program. Even so, the down payment for subsidized houses is still too high for MBR. Therefore, the Transit Apartment Residents Savings Movement (GEMPITA) is here to help prepare housing ownership finances. This scheme was created for residents of the West Java Transit Apartment to strive to fulfill a decent down payment for residential ownership. Based on this, the government's efforts to help people meet their housing needs often only focus on home ownership. This study aims to identify and evaluate the affordability of decent housing through the GEMPITA Scheme for MBR. The research method used is descriptive-qualitative with a case study approach. Based on the analysis results, GEMPITA has proven to help MBR prepare financially for the fulfillment of a decent down payment (DP) for residential ownership. This can be seen from 2015-2022 as many as 247 families have had housing through the GEMPITA Program. However, this program is considered unaffordable because (1) the first payment that residents need to pay includes not only a down payment but also administrative costs and management of housing legality; (2) monthly installment fees of more than 30% of income; and (3) the location of the</span></em></span></p> Audiza Nadella Bintan Zahrotul Haya Adinda Noorhaliza Zulafa Azmi Aunun Noor Agustinus Adib Abadi Copyright (c) 2025 NALARs 2025-01-09 2025-01-09 24 1 11 20 10.24853/nalars.24.1.11-20 STUDI GAYA DALAM PADA KONSTRUKSI BALOK SEDERHANA DENGAN PEMODELAN BEBAN https://jurnal.umj.ac.id/index.php/nalars/article/view/18714 <p>Pengetahuan dasar dari pembelajaran struktur salah satunya adalah mengenal tentang konstruksi balok sederhana. Balok adalah <em>member</em> dari struktur yang menerima gaya arah <em>transversal</em>. Pemahaman terkait balok sederhana merupakan pembelajaran struktur yang penting namun, dianggap sulit dan sering terabaikan. Mempelajari dan memahami struktur memang memerlukan ekstra kerja keras dikarenakan kombinasi dari teknis dan kreatifitas. Oleh karena itu, penelitian ini membahas perilaku konstruksi balok sederhana (KBS) dengan pemodelan beban dan penggambaran diagramnya. Tujuan dari penelitian ini sebagai referensi dari perilaku struktur konstruksi balok sederhana dengan beberapa pembebanan. Perilaku struktur ditunjukkan dengan gaya-gaya reaksi dan gaya-gaya dalam akibat muatan yang bekerja beserta penggambaran diagramnya. Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif. Analisis digunakan perhitungan manual dan divalidasi dengan metode elemen hingga aplikasi <em>ETABS</em>. Hasil perhitungan dari reaksi perletakan dengan enam pemodelan beban baik secara manual dan metode elemen hingga signifikan sama. Penggambaran diagram gaya geser pada konstruksi balok sederhana dengan beban terpusat merupakan garis lurus mendatar. KBS yang dikenai beban merata persegi panjang diagram gaya geser merupakan garis lurus miring dan beban merata segitiga merupakan garis lengkung. Penggambaran diagram momen akibat beban terpusat merupakan garis lurus miring. Sedangkan, KBS yang dikenai beban merata persegi panjang, segitiga simetri atau sehadap merupakan garis lengkung. Perbedaan dari perilaku struktur dikarenakan perbedaan beban yang diberikan pada KBS. Hal ini memperlihatkan beban terpusat dan beban merata memberikan pengaruh yang berbeda pada KBS.</p><p> </p><p><em>One basic knowledge of learning structure is knowing about the construction of simple blocks. A beam is a member of a structure that receives transverse directional forces. Understanding simple blocks is essential to learning structures. However, it is considered difficult and often overlooked. Learning and understanding the structure does require extra hard work due to the combination of technique and creativity. Therefore, this study discusses simple beam construction (KBS) behavior by load modeling and diagramming. This study aims to refer to the behavior of simple beam construction structures with some loading. The behavior of the structure is indicated by the reaction forces and the forces in the effect of the working charge, along with the diagram drawing. The research method uses quantitative description. The analysis uses manual calculations and is validated by the finite element method of the ETABS application. </em><em>The calculation results of the laying reaction with six load modeling manually and the method of finite elements are significantly the same. The drawing of a shear force diagram in a simple beam construction with a concentrated load is a horizontal straight line. KBS is subjected to a uniform load, rectangle, and shear force diagram, a straight line of shear, and the uniform load of the triangle is a curved line. The drawing of the moment diagram due to a concentrated load is a slanted straight line. Meanwhile, KBS that is subjected to a load evenly distributes rectangles, symmetrical triangles, or faces in a curved line. The difference in structural behavior is due to the difference in the burden given to KBS. This shows that centralized and evenly distributed loads have different effects on KBS</em></p> Efa - Suriani Copyright (c) 2025 NALARs 2025-01-09 2025-01-09 24 1 21 32 10.24853/nalars.24.1.21-32 REPRESENTASI ELEMEN RUANG KOTA SEBAGAI PEMBENTUK URBAN INTERFACE DARI KEHADIRAN MAKANAN PADA MEDIA SOSIAL (INSTAGRAM) https://jurnal.umj.ac.id/index.php/nalars/article/view/20538 <p>Penggunaan<em> hashtag</em> merupakan salah satu cara untuk menelusuri keterlibatan pengguna sosial yang memiliki kesamaan, keterikatan, dan keterhubungan dengan hal – hal terkait makanan. Dalam penelitian ini, penekanan kehadiran makanan di media sosial ada pada <em>urban interface</em> atau ruang antara privat dan publik. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk menelusuri elemen pembentuk <em>urban interface</em> dan pola kombinasi antara elemen yang paling dominan dalam merepresentasikan ruang kota dan makanan pada media sosial Instagram melalui <em>hashtag</em> pada konten. Penelitian ini mempertanyakan bagaimana dominasi dan representasi elemen <em>urban interface</em> terkait makanan dan ruang kota pada unggahan di Instagram melalui <em>hashtag #jktfooddestination</em>. Penelusuran terhadap elemen <em>urban interface </em>menekankan pada dominasi pola atau pengulangan dari elemen ruang kota dan makanan, baik melalui media teks <em>(caption)</em> maupun gambar atau video pada laman <em>feed</em> Instagram. Penelitian ini menerapkan metode penelitian campuran <em>(mixed-methods)</em> yang melingkupi tujuh tahapan proses analisis terhadap foto dan video antara lain <em>data cleaning, data integration, data selection, data transformation, data mining, data evolution, </em>dan <em>knowledge representation. </em>Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa <em>setting</em> tempat merupakan salah satu hal penting dalam menginformasikan kehadiran makanan. Di sisi lain, temuan penelitian ini juga mengungkapkan bahwa semakin kuat hubungan visual dan fisik antara ruang privat dan publik maka semakin beragam pula pola kombinasi elemen <em>urban interface</em>, serta sebaliknya<em>.</em> Temuan ini dapat menjadi arahan bagi pengembangan kawasan terkait dengan makanan yang dapat menarik pengunjung dan berkontribusi dalam penciptaan ruang kota yang aktif.</p><p><em><br /></em></p><p><em>Using hashtags is one way to trace the involvement of social users who have similarities, attachments, and connections to food-related matters. This study emphasizes the presence of food on social media in the urban interface or the space between private and public. This study aims to explore the elements that form urban interfaces and the combination patterns between the most dominant elements in representing urban space and food on Instagram social media through hashtags in the content. This study questions how the dominance and representation of urban interface elements related to food and urban space in Instagram uploads through hashtags #jktfooddestination. Searching for urban interface elements emphasizes the supremacy of patterns or repetition of urban space elements and food through text media (captions) or images or videos on the Instagram feed page. This study applies a mixed-methods method that covers seven stages of the analysis process on photos and videos, including data cleaning, data integration, data selection, data transformation, data mining, data evolution, and knowledge representation. This study's findings indicate that the place's setting is one of the essential things in informing the presence of food. On the other hand, the findings of this study also reveal that the stronger the visual and physical relationship between private and public spaces, the more diverse the combination pattern of urban interface elements, and vice versa. These findings can serve as a direction for the development of food-related areas that can attract visitors and contribute to the creation of active urban spaces.</em></p> Olga Nauli Komala Denny Husin Copyright (c) 2025 NALARs 2025-01-09 2025-01-09 24 1 33 44 10.24853/nalars.24.1.33-44 TIGA STRATEGI PENGEMBANGAN MASYARAKAT TERHADAP SIGNIFIKANSI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PADA GEREJA KATOLIK DI JAKARTA Studi kasus: Gereja Katedral, Gereja Theresia, Gereja Bidaracina, Gereja Toasebio https://jurnal.umj.ac.id/index.php/nalars/article/view/21910 <p>Bangunan cagar budaya di kota Jakarta memiliki signifikansi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor antropologis, sosiologis, politik dan sejarah perkembangan dunia sejak terbukanya hubungan dagang Nusantara dengan dunia luar. Namun masyarakat belum mengambil peran aktif melestarikan bangunan Cagar Budaya (CB) maupun bangunan Obyek Diduga Cagar Budaya (ODCB). Terdapat pandangan masyarakat bahwa pelestarian bangunan CB dan ODCB tidak bernilai ekonomis dan sulit pelaksanaannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan metode atau strategi mengembangkan kesadaran masyarakat terhadap bangunan cagar budaya, khususnya gereja Katolik, berangkat dari signifikansi kesejarahan dan arsitektur. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan kualitatif deskriptif melalui studi literatur, observasi dan survey empat bangunan gereja Katolik yang menjadi bahan studi kasus untuk merumuskan tiga strategi yaitu strategi skala mikro, meso dan makro untuk mengembangkan kesadaran masyarakat terhadap signifikansi bangunan cagar budaya dengan studi kasus empat bangunan gereja katolik yang sudah berstatus cagar budaya. Terdapat dua hasil penelitian yang dicapai. Hasil yang pertama, yang menjadi dasar, adalah mendapatkan unsur-unsur signifikansi kesejarahan, arsitektur dan aspek pemanfaatan. Hasil yang kedua, yang memiliki kaitan erat pada hasil pertama, adalah pengembangan metode atau strategi untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap arti penting pelestarian bangunan cagar budaya. Dengan dilaksanakannya metode pengembangan kesadaran masyarakat berbasis signifikansi cagar budaya subjek penelitian, diharapkan kesadaran masyarakat dapat mengakar secara objektif sehingga menjadi rasionalisasi yang kuat untuk berpartisipasi secara aktif dalam usaha-usaha pelestarian. Edukasi bagi semua pihak adalah cara yang efektif dan efisien untuk membangun kesadaran masyarakat akan melestarikan signifikansi bangunan cagar budaya. Sistem dan muatan edukasi yang bersifat transformatif, dapat disiapkan secara komprehensif melalui pelbagai kajian, dan dikemas sedemikian agar masyarakat dapat mencerna dan memahaminya dengan mudah.</p><p><em>Cultural heritage buildings in Jakarta have significance that are influenced by various anthropological, sociological, political, and historical factors of world development since the opening of trade relations between the archipelago and the outside world. However, the community has not actively preserved cultural heritage (CB) buildings or suspected cultural heritage object (ODCB) buildings. Public opinion is that preserving CB and ODCB buildings has no economic value and is difficult to implement. This research aims to develop a method or strategy to develop public awareness of cultural heritage buildings, especially Catholic churches, departing from historical and architectural significance. This study uses an analytical method with a descriptive qualitative approach through literature studies, observations, and surveys of four Catholic church buildings, which are the subject of a case study, to formulate three strategies, namely micro, meso, and macro-scale strategies, to develop public awareness of the significance of cultural heritage buildings with a case study of four Catholic church buildings that have cultural heritage status. There are two research results achieved. The first result, the basis, is to obtain elements of historical significance, architecture, and utilization aspects. The second result, closely related to the first result, is the development of methods or strategies to grow and increase public awareness of the importance of preserving cultural heritage buildings. With the implementation of the process of developing public awareness based on the significance of the cultural heritage of the research subject, it is hoped that public awareness can take root objectively so that it becomes a strong rationalization to participate actively in conservation efforts. Education for all parties is an effective and efficient way to build public awareness and preserve the significance of cultural heritage buildings. The transformative system and educational content can be prepared comprehensively through various studies and packaged so that the public can easily digest and understand them.</em></p><p> </p> Dinar Ari Wijayanti Slamet Nugroho Uras Siahaan M Maria Sudarwanti Copyright (c) 2025 NALARs 2025-01-09 2025-01-09 24 1 45 62 10.24853/nalars.24.1.45-62 KAJIAN TRANSFORMASI RUANG BERSEJARAH MELALUI KONSEP ADAPTIVE REUSE DI DE TJOLOMADOE SURAKARTA https://jurnal.umj.ac.id/index.php/nalars/article/view/20228 <p><em>Adaptive reuse </em>merupakan pendekatan pemanfaatan kembali bangunan tua bersejarah terabaikan diubah fungsinya menjadi fungsi baru yang populer di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia. Surakarta, kota yang kaya akan sejarah, berupaya menerapkan konservasi dengan <em>adaptive reuse</em>, pada <em>De Tjolomadoe</em>. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis implementasi konsep <em>adaptive reuse </em>pada bangunan bersejarah di Kota Surakarta, khususnya di Museum <em>De Tjolomadoe</em>. Metode penelitian kualitatif naratif digunakan untuk melihat perubahan fungsi dan struktur bangunan serta dampaknya terhadap transformasi sejarah dan warisan budaya. Penelitian ini melibatkan pengumpulan data melalui studi pustaka terkait teori <em>adaptive reuse</em>, observasi lapangan pada objek bangunan, analisis dokumentasi bangunan dan dokumen arsip terdahulu sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap aspek arsitektur yang diteliti, yang terdiri dari bentuk, fasad, interior, material, dan struktur mengalami perubahan. Aspek bentuk, fasad, dan struktur juga mengalami perubahan yang tidak signifikan pada masing-masing empat dimensi dengan masih mempertahankan karakter dan poin-poin penting dari setiap bagian. Di sisi lain, variabel interior dan material merupakan bagian yang mengalami perubahan signifikan. Misalnya saja bagian besali, stasiun puteran, dan stasiun pengepakan yang berubah menjadi cafe dan hall. Merupakan ruang yang mengalami perubahan signifikan, bahkan sudah kehilangan karakteristik ruang tersebut sebagai tempat pengolahan gula. Di antara material tersebut, ada yang cukup kuat, terutama di area yang dekat dengan dan melekat pada pengolahan mesin, namun secara keseluruhan, material baru ini tidak terbatas pada apa yang terlihat pada sisi bangunan itu juga ada pada struktur utama bangunan yang sudah mengalami permabharuan dengan material-material baru.</p><p><em><em>Adaptive reuse is an approach that repurposes abandoned historic buildings by transforming them into new functional spaces, a practice prevalent in various countries, including Indonesia. Surakarta, a rich historical city, strives to apply conservation through adaptive reuse, particularly at De Tjolomadoe. This study aims to identify and analyze the implementation of the adaptive reuse concept in historic buildings in Surakarta, specifically at the De Tjolomadoe Museum. A qualitative narrative research method is used to observe changes in the building's function and structure and their impact on the transformation of history and cultural heritage. Data collection involves literature reviews on adaptive reuse theory, field observations of the building, analysis of building documentation, and archival documents for comparison. The findings indicate that every architectural aspect studied changed, including form, facade, interior, material, and structure. The form, facade, and structure experienced minimal changes in the four dimensions, maintaining each part's character and key features.</em></em> <em>In contrast, the interior and material variables experienced significant changes. For instance, areas like the besali, spinning station, and packing station have been transformed into a cafe and hall, undergoing substantial changes that resulted in the loss of their original characteristics as sugar processing spaces. Among the materials, some remain strong, especially in areas close to and integrated with the processing machinery. However, the new materials are not limited to the building's visible parts but also include updates to the main structure with new materials.</em></p> Fachrizal Sabilineo Fanaya Dewi Septanti Didit Novianto Copyright (c) 2025 NALARs 2025-01-09 2025-01-09 24 1 63 78 10.24853/nalars.24.1.%p PLACE ATTACHMENT PADA LOBI HOTEL ”X” DAN HUBUNGANNYA TERHADAP REVISIT INTENTION BERDASARKAN PREFERENSI GENERASI MILENIAL https://jurnal.umj.ac.id/index.php/nalars/article/view/22765 <p>Generasi milenial lahir pada masa situasi politik dan ekonomi yang stabil, sehingga cenderung menunjukkan sifat-sifat yang fokus pada kenyamanan dan kemudahan. Generasi milenial memiliki tingkat preferensi dan selera yang tinggi serta bersifat canggih, cenderung menyukai ruangan yang memiliki kriteria dan spesifikasi tertentu seperti desain interior yang bersih, sederhana, fungsional dan <em>modern</em>. Objek penelitian ini adalah Hotel “X”<em> </em>sebagai salah satu hotel bintang-5 di Surabaya berlokasi di pusat kota, sehingga mudah di akses dan strategis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana preferensi generasi milenial sebagai mayoritas pengunjung Hotel “X” dapat memengaruhi keadaan emosional, kenyamanan serta minat untuk menginap kembali (<em>revisit intention</em>) pada Hotel “X”. Hubungan atau ikatan emosional yang mendalam antara individu dengan suatu tempat merupakan konsep psikologi lingkungan yang dinamakan <em>place attachment</em>. Area lobi Hotel “X” merupakan ruang yang berfungsi sebagai pusat informasi, ruang tunggu dan pemberi kesan pertama bagi pengunjung hotel, sehingga lobi hotel membutuhkan perhatian khusus terutama pada desain dan estetika interiornya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa <em>Systematic Literature Review (SLR) </em>dengan tujuan untuk melakukan evaluasi literatur yang sistematis dan menyeluruh mengenai pembahasan yang relevan. Berdasarkan hasil kajian, lobi Hotel “X” mempunyai kriteria yang sesuai dengan preferensi generasi milenial dan dapat memfasilitasi kebutuhan saat beraktivitas pada lobi hotel. Hal tersebut dapat memperkuat ikatan emosional antara pengunjung dengan lobi sehingga membentuk hubungan <em>place attachment</em>. Hubungan <em>place attachment</em> yang kuat pada pengunjung dapat berdampak pada tingkat kepuasan dan <em>revisit intention</em> kepada hotel. </p><p><strong>Kata kunci:</strong> <em>Place Attachment</em>, Lobi Hotel, Generasi Milenial, <em>Revisit Intention</em></p><p><em> </em></p><p><em>The millennial generation was born during a stable political and economic situation, so they tend to show traits that focus on comfort and convenience. The millennial generation has a high level of preferences and tastes and is sophisticated in nature, tending to like rooms that have certain criteria and specifications such as clean, simple, functional and modern interior designs. The object of this research was Hotel "X" as one of the 5-star hotels in Surabaya, located in the city center, so it was easy to access and strategic. This research aimed to examine how the preferences of the millennial generation as the majority of visitors to Hotel "X" can influence their emotional state, comfort and interest in revisit intention at Hotel "X". The deep emotional connection or bond between an individual and a place is an environmental psychology concept called place attachment. The lobby area of Hotel "X" is a space that functions as an information center, waiting room and gives a first impression to hotel visitors, so the hotel lobby requires special attention, especially to its interior design and aesthetics. This research uses a qualitative method in the form of a Systematic Literature Review (SLR) with the aim of carrying out a systematic and comprehensive literature evaluation regarding relevant discussions. Based on the results of the study, the lobby of Hotel "X" has criteria that suit the preferences of the millennial generation and can facilitate their needs when carrying out activities in the hotel lobby. This can strengthen the emotional bond between visitors and the lobby, thereby forming a place attachment relationship. A strong place attachment relationship with visitors can have an impact on the level of satisfaction and revisit intention with the hotel.</em></p><p><strong><em>Keywords</em></strong><em>: Place Attachment, Hotel Lobby, Millennial Generation, Revisit Intention</em></p> Farah Salsabila Mursil Copyright (c) 2025 NALARs 2025-02-28 2025-02-28 24 1 79 90 10.24853/nalars.24.1.79-90