PENGARUH PERLAKUAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN IN VITRO TALAS DIPLOID PONTIANAK DAN TALAS TRIPLOID BOLANG HITAM
Abstract
Keragaman genetik talas (Colocasia esculenta L. (Schott.)) Indonesia salah satunya ditunjukkan oleh tingkat ploidinya yang beragam diantaranya diploid dan triploid. Talas Pontianak merupakan talas diploid yang memiliki keunggulan rasa enak dan umbi besar, sedangkan talas Bolang Hitam termasuk talas triploid yang memiliki umbi besar dan terdapat bercak atau garis berwarna hitam. Penggunaan teknik kultur jaringan dalam penyediaan bibit bermutu dan bebas penyakit diperlukan untuk produksi bibit, konservasi maupun pemuliaan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan sitokinin (kinetin dan BAP) terhadap pertumbuhan in vitro talas diploid Pontianak dan talas triploid Bolang Hitam. Konfirmasi tingkat ploidi dilakukan dengan menggunakan flowsitometer, sedangkan perbanyakan tunas dilakukan dengan perlakuan kinetin konsentrasi 0; 0.5; 1; 2; dan 4 mg.L-1. Sebagai pembanding adalah media perbanyakan tunas talas terbaik dari penelitian sebelumnya yaitu BAP 2 mg.L-1 + tiamin 1 mg.L-1 + adenin 2 mg.L-1. Pengamatan dilakukan setiap minggu terhadap jumlah tunas anakan, panjang petiol, jumlah daun dan jumlah akar. Aklimatisasi planlet dilakukan pada media campuran tanah, cocopeat dan sekam bakar dengan perbandingan 2:1:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan talas Pontianak pada media perlakuan kinetin 2 mg.L-1 menghasilkan rata-rata jumlah tunas anakan terbanyak. Perlakuan kinetin 0.5; 1 mg.L-1; dan MS0 menghasilkan petiol lebih panjang, jumlah daun dan akar lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya. Talas Bolang Hitam tidak membentuk anakan pada semua perlakuan kinetin. Perlakuan kinetin 0.5 dan 1 mg.L-1 menghasilkan petiol lebih panjang dibandingkan perlakuan lainnya. Rata-rata jumlah daun pada semua perlakuan berkisar antara 3.17 – 4.50 sedangkan rata-rata jumlah akar tertinggi diperoleh pada perlakuan kinetin 0.5 mg.L-1. Perlakuan BAP 2 mg.L-1 + tiamin 1 mg.L-1 + adenin 2 mg.L-1 meningkatkan pertumbuhan talas diploid maupun triploid. Pengamatan aklimatisasi sampai umur 4 minggu menunjukkan persentase hidup planlet talas Pontianak sebesar 6.67%, sedangkan pada talas Bolang Hitam semua planlet masih bertahan hidup.
ABSTRACT
Genetic diversity of Indonesian taro (Colocasia esculenta L. (Schott.)) can be recognized by diversity of ploidy levels such as diploid and triploid plants. Taro cultivar Pontianak is diploid having good taste and big corm. Taro cultivar Bolang Hitam is triploid having big corm too and black spots or stripes on its corm. The use of tissue culture technique is important to produce qualified and diseases-free seedlings useful for conservation and breeding. The research was aimed to investigate the effects of cytokinin (kinetin and BAP) on in vitro growth of diploid taro (cv. Pontianak) and triploid taro (cv. Bolang Hitam). Confirmation of the ploidy level was done by flowcytometer. Experiment of shoot multiplication was performed by kinetin at 0; 0.5; 1; 2; and 4 mg.L-1. As a comparison was the best taro shoot multiplication medium from previous research BAP 2 mg.L-1 + thiamine 1 mg.L-1 + adenine 2 mg.L-1. Observation was recorded weekly on the number of shoots, petiole length, number of leaves and roots. The plantlet acclimatization was done on soil, coco peat and husk with 2:1:1 ratio. The results showed that growth of taro Pontianak on 2 mg.L-1 kinetin had the highest number of shoots. Whereas, on 0.5; 1 mg.L-1 kinetin; and MS0 had longer petiole, more leaves and roots than other treatments. Taro cv. Bolang Hitam did not form shoots on all kinetin concentrations. Kinetin at 0.5 and 1 mg.L-1 gave longer petiole grown on all kinetin treatments. The average number of leaves at all treatments ranged from 3.17 to 4.50 while the highest average root count was obtained on the kinetin 0.5 mg.L-1 treatment. Treatment with BAP 2 mg.L-1 + thiamine 1 mg.L-1 + adenine 2 mg.L-1 increased growth of diploid or triploid taro. Acclimatization until 4 weeks old showed the percentage of survival plantlet cultivar Pontianak was 6.67%, while on cultivar Bolang Hitam all plantlet still survive.Full Text:
PDFReferences
Buah, J.N., E. Danso, K.J. Taah, E.A Abole, E. A. Bediako, J. Asiedu dan R. Baidoo. 2010. The Effects of Different Concentrations Cytokinins on the In Vitro Multiplication of Plantain (Musa sp.). Biotechnology, Vol 9 (3): 1 – 5.
Coates, D.J., D.E. Yen dan P.M. Gaffey. 1988. Chromosome Variation in Taro, Colocasia esculenta : Implications for Origin in the Pacific. Cytologia, Vol. 53 (3):551-560.
Hutami, S., dan R. Purnamaningsih. 2013. Shoot Multiplication of Taro (Colocasia esculenta var. antiquorum) Through in Vitro Culture. Proceeding of The 4th International Conference on Green Technology. Malang, 6 September 2013. Hal: 34 – 40.
Ivancic, A., O. Roupsard, J.Q. Garcia, M. Melteras, T. Molisale, S. Tara dan V. Lebot. 2008. Thermogenesis and Flowering Biology of Colocasia gigantea, Araceae. J Plant Res, Vol. 121 (1): 73 – 82.
Ko, C.Y., J.P. Kung dan R. McDonald. 2008. In Vitro Micropropagation of White Dasheen (Colocasia esculenta). African Journal of Biotechnology, Vol. 7 (1): 041-043.
Lebot, V., M.S. Prana, N. Kreike, H. van Heck, J. Pardales, T. Okpul, T. Genuda, M. Thongjiem, H. Hue, N. Viet dan T.C. Yap. 2004. Characterisation of Taro (Colocasia esculenta (L.) Schott) Genetic Resources in Southeast Asia and Oceania. Genetic Resources and Crop Evolution, Vol. 51 (4): 381 – 392.
Maretta, D., D.P. Handayani, H. Rosdayanti dan A. Tanjung. 2016. Multiplikasi Tunas dan Induksi Umbi Mikro Satoimo (Colocasia esculenta (L.) Schott.) pada Beberapa Konsentrasi Sukrosa dan Benzilaminopurin. Jurnal Bioteknologi dan Biosains Indonesia, Vol. 3 (2): 81 – 88.
Martin, A.F., A. Wulansari, B.W. Hapsari dan T.M. Ermayanti. 2016. Isolasi, Purifikasi dan Kultur Protoplas Mesofil Daun Talas (Colocasia esculenta L. (Schott)). Seminar Nasional Bioteknologi III. UGM. Yogyakarta, 31 Oktober 2015. Hal: 1 – 17.
Martin, A.F., B.W. Hapsari dan T.M. Ermayanti. 2013. Penentuan Klaster Berdasarkan Pertumbuhan Tunas In Vitro Talas Satoimo (Colocasia esculenta L.(Schott)) Hasil Iradiasi Sinar Gamma. Prosiding Seminar Nasional XXIII “Kimia dalam Industri dan Lingkungan”. Yogyakarta, 13 November 2013. Hal: 111 – 116.
Nath, V.S., M.S. Sankar, V.M. Hedge, M.L. Jeeva, R.S. Misra dan S.S. Veena. 2012. A Simple and Efficient Protocol for Rapid Regeneration and Propagation of Taro (Colocasia esculenta (L.) Schott.) In Vitro from Apical Meristems. International Journal of Plant Developmental Biology, Vol. 6 (1): 64 – 66.
Noorrohmah, N., T.M. Ermayanti. 2015. Perbanyakan Tiga Kultivar Talas Indonesia (Colocasia esculenta L. Schott.) secara In Vitro dengan Perlakuan BAP dan Konservasinya dengan Perlakuan Manitol. Prosiding Seminar dan Ekpose Hasil Penelitian Unggulan LIPI Bidang Pangan Nabati, Bioresources LIPI EXPO. Bogor, 25 September 2014. Hal: 367 – 379.
Noorrohmah, S., A. Wulansari, A.F. Martin, T.M. Ermayanti. 2016. Preservasi Tiga Kultivar Talas (Colocasia esculenta L. Schott.) secara In Vitro dengan Perlakuan Asam Absisat pada Suhu Rendah dan Suhu Ruang. Seminar Nasional Bioteknologi III. UGM 2015. Yogyakarta, 31 Oktober 2015. Hal: 326 – 349.
Prana, M.S. dan T. Koswara. 2002. Budi Daya Talas, Diversifikasi untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional, Medikom Pustaka Mandiri, Indonesia. Medikom Pustaka. Mandiri. Bogor.
Tubic, L., J. Savic, N. Mitic, J. Milojevic, D. Janosevic, S. Budimir dan S.Z. Korac. 2016. Cytokinins Differentially Affect Regeneration, Plant Growth and Antioxidative Enzymes Activity in Chive (Allium schoenoprasum L.). Plant Cell Tissue Organ Culture, Vol. 124 (1): 1 – 14.
Wulansari, A., A.F. Martin, D.E. Rantau, dan T.M. Ermayanti. 2013. Perbanyakan Beberapa Aksesi Talas (Colocasia esculenta L.) Diploid secara Kultur Jaringan dan Konservasinya Mendukung Diversifikasi Pangan. Prosiding Seminar Nasional Riset Pangan, Obat-obatan dan Lingkungan untuk Kesehatan. Bogor, 27 – 28 Juni 2013. Hal: 11 – 20.
Wulansari, A., A.F. Martin, T.M. Ermayanti. 2016. Induksi Tanaman Poliploid Talas (Colocasia esculenta L. (Schott)) dengan Perlakuan Orizalin secara In Vitro. Jurnal Biologi Indonesia, Vol. 12 (2): 165 – 173.
Refbacks
- There are currently no refbacks.