Prosiding SEMNASTAN https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan <p><a href="/index.php/semnastan" target="_self"><img style="float: right; width: 200px; height: 300px; margin-left: 10px;" src="/public/site/images/nosa/Presentation1.png" alt="" /></a></p><p style="font-size: 16px; text-align: justify;">Prosiding Seminar Nasional Pertanian (SEMNASTAN) (e-ISSN: <a href="http://u.lipi.go.id/1517199580">2615-2320</a>) merupakan kumpulan makalah atau artikel ilmiah yang telah dipresentasikan di acara Seminar Nasional di bidang pertanian yang diadakan oleh Fakultas Pertanain - UMJ.</p><p style="font-size: 16px; text-align: justify;">Topik yang dimuat dalam Prosiding SEMNASTAN Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta yaitu:</p><span style="font-size: 16px; text-align: justify;">a. Biologi Tanaman</span><br /><span style="font-size: 16px; text-align: justify;">b. Kimia Pertanian</span><br /><span style="font-size: 16px; text-align: justify;">c. Budidaya Tanaman</span><br /><span style="font-size: 16px; text-align: justify;">d. Mikrobiologi Pertanian</span><br /><span style="font-size: 16px; text-align: justify;">e. Bioteknologi Pertanian</span><br /><span style="font-size: 16px; text-align: justify;">f. Sosio-Ekonomi Pertanian</span><br /><span style="font-size: 16px; text-align: justify;">g. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman</span><br /><span style="font-size: 16px;">h. Pengelolaan Pasca Panen</span> en-US Prosiding SEMNASTAN 2615-2320 KATA PENGANTAR https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2293 <p>Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.</p><p>Alhamdulillahirrabbil’alamin, Puji syukur kepada Allah SWT. berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Seminar Nasional 2017 dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Seminar ini bertema “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia” yang diselenggarakan dalam rangka Milad ke-35 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta.</p><p>Pada seminar dipresentasikan hasil penelitian, review, dan hasil pengabdian yang dilakukan oleh peneliti yang berasal dari berbagai instansi yang beragam. Hasil seminar tersebut kemudian didokumentasikan dalam prosiding ini.</p><p>Seminar dapat terlaksana dengan sukses atas bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu terselenggaranya seminar ini.</p><p>Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan prosiding seminar nasional ini sehingga saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan. Semoga prosiding ini bermanfaat bagi para pembaca dan pihak yang memerlukan.</p><p>Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.</p><p>Jakarta, Desember 2017</p> Tim Semnastan Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2017-12-30 2017-12-30 iii iii DAFTAR ISI https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2294 <p><strong>KATA PENGANTAR iii</strong></p><p><strong>DAFTAR ISI </strong><strong>iv - vii</strong></p><p><strong>SAMBUTAN KETUA PELAKSANA </strong><strong>viii - ix</strong></p><p><strong>SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS PERTANIAN UMJ </strong><strong>x - xi</strong></p><p><strong>KEYNOTE SPEAKER</strong><strong> xii - xiii</strong></p><p><strong>MAKALAH UTAMA</strong></p><p>Wiratno, PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN OBAT BERKELANJUTAN 1 – 16</p><p>Illah Sailah, PENGEMBANGAN BAHAN KAJIAN BERMUATAN MATERI HERBAL PADA PENDIDIKAN TINGGI PERTANIAN 17 – 21</p><p>Irwan Hidayat dan Bambang Supartoko, AGRIBISNIS TANAMAN OBAT DAN PENERAPAN GAP DI PT SIDO MUNCUL 22 - 29</p><p><strong>MAKALAH ORAL RUANG PARALEL</strong></p><p>Alfian Hendra Krisnawan, Ryanto Budiono, Devi Resmi Sari dan Weilinten Salim, POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT DAN PERASAN DAGING BUAH LEMON (<em>Citrus lemon</em>) LOKAL DAN IMPOR 30 – 34</p><p>Betalini Widhi Hapsari, Andri Fadillah Martin dan Tri Muji Ermayanti, PERTUMBUHAN KULTUR TUNAS TAKA PADA MEDIA MS YANG MENGANDUNG SITOKININ DAN MANITOL UNTUK KONSERVASI IN VITRO 35 – 43</p><p>Hanifa Marisa, Salni, Fitryanda Salfamas dan Yadi Oktariansyah, STUDI TERHADAP Bellucia pentamera NAUDIN; PERUBAHAN STATUS INVASIF MENJADI BERMANFAAT LARVASIDA 44 – 52</p><p>Slamet Sudi Santoso, PERAN FLAVONOID CINCAU HIJAU (<em>Premna oblongifolia</em>) TERHADAP TUMOR OTAK 53 – 61</p><p>Arli Aditya Parikesit, Rizky Nurdiansyah dan David Agustriawan, TELAAH SISTEMATIS TERHADAP BASIS DATA BAHAN ALAM UNTUK PENGEMBANGAN PRODUK SUPLEMEN HERBAL 62 – 68</p><p>Dyah Retno Wulandari1, Ratih Kusuma Ningrum, Aida Wulansari dan Tri Muji Ermayanti, PERTUMBUHAN TALAS BENTUL TETRAPLOID DAN DIPLOID PADA MEDIA PERBANYAKAN, AKLIMATISASI DAN KONFIRMASI TINGKAT PLOIDI 69 – 76</p><p>Jody M. Mawara, POTENSI KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI PULAU LEMBEH KOTA BITUNG 77 – 87</p><p>Muhammad Alham dan Elfarisna, RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELEDRI (<em>Apium graveolens</em> L.) TERHADAP EFISIENSI PUPUK ORGANIK PADAT 88 – 97</p><p>Riza Syofiani dan Giska Oktabriana, APLIKASI PUPUK GUANO DALAM MENINGKATKAN UNSUR HARA N, P, K, DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI PADA MEDIA TANAM TAILING TAMBANG EMAS 98 – 103</p><p>Putri Annisa dan Helfi Gustia, RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MELON TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR <em>Tithonia diversifolia</em> 104 – 114</p><p>Indah Diniar Aslamiah dan Sularno, RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH TERHADAP PENAMBAHAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK DAN PENGURANGAN DOSIS PUPUK ANORGANIK 115 – 126</p><p>Nismah Nukmal dan Ratih Andriyani, DAYA INSEKTISIDA EKSTRAK POLAR SERBUK DAUN GAMAL KULTIVAR PRINGSEWU TERHADAP KUTU PUTIH (HEMIPTERA: Pseudococcidae) PADA KAKAO 127 – 137</p><p>Aida Wulansari, Dyah Retno Wulandari, Laela Sari dan Tri Muji Ermayanti, PENGARUH PERLAKUAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN IN VITRO TALAS DIPLOID PONTIANAK DAN TALAS TRIPLOID BOLANG HITAM 138 – 146</p><p>Eka Mulyana, Elly Rosana dan Dewi Paramita, ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN ANYAMAN TIKAR PURUN DI DESA TANJUNG ATAP KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR 147 – 154</p><p>Sahri Muldiana dan Rosdiana, RESPON TANAMAN TERONG (<em>Solanum malongena</em> L.) TERHADAP INTERVAL PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN INTERVAL WAKTU YANG BERBEDA 155 – 162</p><p>Irfan Habibi dan Elfarisna, EFISIENSI PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENGURANGI PENGGUNAAN NPK TERHADAP TANAMAN CABAI MERAH BESAR 163 – 172</p><p>Suminah, Arip Wijianto, Hanifah Ihsaniyati dan Eksa Rusdiyana, PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI EMPON-EMPON DI DESA MIRI KECAMATAN KISMANTORO, KABUPATEN WONOGIRI 173 – 183</p><p>Rudiyanto, Dyah Retno Wulandari dan Tri Muji Ermayanti, PERTUMBUHAN KULTUR TUNAS Dahlia sp. PADA MEDIA MS DENGAN PENGURANGAN KADAR GULA DAN TUTUP TABUNG BERVENTILASI 184 – 195</p><p>Taufiq Bachtiar, Ania Citraresmini dan Sudono Slamet, PENGARUH FORMULA PUPUK HAYATI TERHADAP KADAR N-TOTAL, SERAPAN P, DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG 196 – 203</p><p>Amelinda Puspitasari dan Elfarisna, RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI VARIETAS GROBOGAN DENGAN PENAMBAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PENGURANGAN DOSIS PUPUK ANORGANIK 204 – 212</p><p>Anni Yuniarti, Abraham Suriadikusumah dan Julfri Unedo Gultom, PENGARUH PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PH, N-TOTAL, C-ORGANIK, DAN HASIL PAKCOY PADA INCEPTISOLS 213 – 219</p><p>Ade Tri Sasminto dan Sularno, EFEKTIVITAS KONSENTRASI PUPUK CAIR HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH <em>Oryza sativa</em> L. 220 – 228</p><p>Nurhamidar Rahman, Hani Fitriani, N. Sri Hartati dan Enny Soedarmonowati, MULTIPLIKASI TUNAS KULTUR UBI KAYU DENGAN TEKNIK SAMBUNG PUCUK (<em>GRAFTING</em>) IN VITRO 229 – 236</p><p>Karyanti, Eunike Lasyana Immanuella dan Dewi Yustika Sofia, PENGARUH BENZILAMINOPURIN DENGAN PENAMBAHAN KNO3 PADA MULTIPLIKASI TUNAS <em>Colocasia esculenta</em> (L.) Schott VAR. Antiquorum 237 – 244</p><p>Irni Furnawanthi, Siti Jumroh Devianti, Dahlia Nauly, Rudi Mardiyanto dan Mardoni Elya, RESPON PERTUMBUHAN EKSPLAN KENTANG (<em>Solanum tuberosum</em> L.) VARIETAS AP-4 TERHADAP MANITOL SEBAGAI MEDIA KONSERVASI SECARA IN VITRO 245 – 252</p><p>Yenny Laura Butarbutar dan Nurmely Violita Sitorus, ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH ORGANIK DI KABUPATEN DELI SERDANG 253 – 261</p><p>Betalini Widhi Hapsari, Andri Fadillah Martin, Rudiyanto dan Tri Muji Ermayanti, PERLAKUAN POLYETHYLENE GLYCOL SECARA IN VITRO TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS MUTAN TAKA UNTUK SELEKSI TOLERAN KEKERINGAN 262 – 271</p><p>Shafa Noer, Rosa Dewi Pratiwi dan Efri Gresinta, UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI ANTIBAKTERI <em>Fusobacterium nucleatum</em> DARI EKSTRAK ETANOL DAUN <em>Ruta angustifolia</em> 272 – 277</p><p>Eka Mulyana, Erni Purbiyanti dan Indri Januarti, TINGKAT OPTIMASI TENAGA KERJA PETANI NANAS DI DESA TANJUNG ATAP KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR 278 – 283</p> Tim Semnastan Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2017-12-30 2017-12-30 iv vii LAPORAN DAN SAMBUTAN KETUA PANITIA SEMINAR NASIONAL 2017 https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2295 <p>Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.</p><p>Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat-Nya Seminar Nasional 2017 ini dapat diselenggarakan sesuai rencana dalam rangka ulang tahun Fakultas Pertanian - Universitas Muhammadiyah Jakarta yang ke-35 tahun. Usia 35 tahun adalah usia yang cukup matang untuk sebuah institusi pendidikan tinggi. Segala dinamika perguruan tinggi pertanian di Jakarta tentu mengalami pasang surut yang tidak mudah untuk dipertahankan. Namun beberapa tahun terakhir jumlah mahasiswanya terus meningkat, saat ini jumlah total mahasiswa aktif telah mendekati 500 orang. Sebagai wujud syukur atas hari jadi, Fakultas Pertanian – UMJ menyelenggarakan beberapa rangkaian acara, antara lain Kuliah Umum dan Seminar Nasional 2017. Seminar Nasional 2017 yang diselenggarakan hari ini mengangkat berbagai isu tanaman herbal yang berkaitan dengan Pertanian, Biologi, Kesehatan Masyarakat, Farmasi dan Kimia. Oleh karena itu seminar nasional ini mengambil tema “Pertanian dan Tanaman Herbal yang Berkelanjutan di Indonesia”.</p><p>Kelimpahan tanaman herbal merupakan anugerah keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia yang telah mendukung kesehatan masyarakat sejak lama. Oleh karena itu, keanekaragaman herbal sangat penting untuk dipertahankan ekologisnya sehingga dapat berkelanjutan.</p><p>Pembangunan berkelanjutan yang peduli lingkungan secara umum akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial masyarakat. Efisiensi penggunaan lahan, teknologi tepat guna dalam pemanfaatan alam tentu akan bermanfaat untuk menekan biaya produksi obat herbal. Efektifitas perwujudannya perlu ada daya dukung dari semua pihak termasuk para peneliti, dan praktisi. Hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti dari seluruh Indonesia dalam Seminar ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai keanekaragaman herbal, teknologi budidaya, pemanfaatan dan kemanfaatannya yang berkelanjutan.</p><p>Seminar nasional hari ini diikuti oleh dosen, peneliti, praktisi dan mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia. Abstrak seminar yang telah diterima untuk diseminarkan hari ini ada sebanyak 53 pemakalah dengan total seluruh peserta lebih dari 200 orang yang berasal dari berbagai insitusi yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, dari ujung barat sampai ke ujung timur. Mulai dari Aceh, Medan, Sijunjung, Lampung, Palembang, Balikpapan, Banten, Bogor, Jakarta, Tangerang Selatan, Surakarta, Sumedang, Purwokerto, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Manado, Makassar, sampai ke Mataram. Institusinya pun beragam, ada yang berasal dari Pendidikan Tinggi Negeri dan Swasta, Instansi penelitian pemerintah dan perusahaan swasta, antara lain:</p><p><strong>Perguruan Tinggi Negeri:</strong></p><ul><li>Universitas Sumatera Utara</li><li>Universitas Sriwijaya</li><li>Universitas Lampung</li><li>Universitas Sultan Ageng Tirtayasa</li><li>Universitas Terbuka</li><li>Institut Pertanian Bogor</li><li>Universitas Padjadjaran</li><li>Universitas Diponegoro</li><li>Universitas Sebelas Maret</li><li>Universitas Brawijaya</li><li>Universitas Negeri Makasar</li><li>Universitas Hasanuddin</li><li>Universitas Sam Ratulangi</li></ul><p><strong>Perguruan Tinggi Muhammadiyah: </strong></p><ul><li>Universitas Muhammadiyah Mataram</li><li>Universitas Muhammadiyah Yogyakarta</li><li>Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka</li><li>Universitas Muhammadiyah Purwokerto</li><li>Universitas Muhammadiyah Jakarta</li></ul><p><strong>Perguruan Tinggi Swasta:</strong></p><ul><li>Universitas Al Muslim Bireuen Aceh</li><li>Universitas Methodist Indonesia Medan</li><li>STIPER Sawahlunto Sijunjung</li><li>Universitas Surabaya</li><li>Universitas Swadaya Cirebon<ul><li>Universitas Indraprasta Jakarta,</li><li>Indonesia International Institute for Life Sciences Jakarta</li><li>Universitas Surya</li></ul></li></ul><p><strong>Institusi Penelitian Pemerintah:</strong></p><ul><li>Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI</li><li>Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Timur</li><li>Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi PUSPIPTEK</li><li>Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat</li><li>Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BATAN</li></ul><p>Tak lupa saya ucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh panitia, sponsor dan semua pihak yang mendukung terselenggaranya acara Seminar Nasional ini. Selamat datang, dan terimakasih atas kedatangan seluruh pemakalah dan peserta di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Semoga seluruh kegiatan seminar nasional yang dilakukan berlangsung dengan lancar. Sukses untuk kita semua. Aamiin.</p><p>Wabillahit taufiq walhidayah. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.</p><p>Jakarta, November 2017</p><p>Ketua Panitia,</p><p>Dra. Rita Tri Puspitasari, M.Si.</p> Rita Tri Puspitasari Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2017-12-30 2017-12-30 viii ix SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2296 <p>Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.</p><p>Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua. Terima kasih atas kedatangan para hadirin, yang saya hormati:</p><ul><li>Menteri Kesehatan RI yang diwakili oleh Kasubdit Pelayanan Kesehatan Obat Tradisional, Ibu Dr. dr. Ina Rosalina, Sp.A(K). M.Kes. M.H.Kes.;</li><li>Koordinator Kopertis Wilayah III, Ibu Dr. Ir. Illah Sailah, M.Si.;</li><li>Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bapak Dr. Ir. Wiratno, M.Env.Mgt.;</li><li>Direktur Utama PT. Sido Muncul, Bapak Irwan Hidayat</li><li>Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Bapak Prof. Dr. Syaiful Bakhri, SH. M.H.;</li><li>Ketua BPH UMJ, Bapak Drs. Husni Thoyar, M.Ag.;</li><li>Bapak dan Ibu Wakil Rektor;</li><li>Bapak Direktur Sekolah Pascasarjana UMJ;</li><li>Bapak dan Ibu Dekan Fakultas di lingkungan UMJ;</li><li>Seluruh pemakalah, peserta, dan para undangan serta hadirin yang berbahagia.</li></ul><p>Indonesia kaya akan tanaman herbal yang perlu mendapat perhatian kita semua. Dahulu nenek moyang kita selalu menggunakan tanaman herbal untuk pengobatan, tetapi lambat laun menjadi berkurang karena membanjirnya obat-obat kimia dan gencarnya promosi penggunaan obat tersebut. Namun sekarang masyarakat mulai kembali berpaling ke penggunaan obat-obatan herbal seiring dengan banyaknya dampak negatif tentang pengunaan obat-obat kimia. Berdasarkan kondisi tersebut, maka Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta pada hari ini mengadakan Seminar Nasional 2017 dengan tema “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”.</p><p>Seminar hari ini akan membahas berbagai makalah tentang pertanian dan tanaman herbal, yang akan dipresentasikan oleh pemakalah yang datang dari berbagai penjuru Indonesia, antara lain para peneliti dari Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK), Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), dan instansi swasta.</p><p>Pada seminar ini kita mengharapkan banyak temuan-temuan dan informasi berharga dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti dari berbagai institusi yang hadir pada hari ini. Saling bertukar informasi diantara para peneliti, sehingga di masa depan dapat terwujud kerjasama yang erat untuk memajukan penelitian, pemanfaatan, dan memasyarakatkan kembali tanaman herbal di Indonesia.</p><p>Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Menteri Kesehatan RI sebagai <em>keynote </em><em>s</em><em>peaker</em>, serta pemakalah utama oleh Kepala Balitrro, Koordinator Kopertis wilayah III dan Direktur PT. Sido Muncul. Fakultas Pertanian UMJ berencana untuk membuat Sub-Program Studi Tanaman Herbal dan berharap dapat melanjutkan kerjasama dengan PT. Sido Muncul yang merupakan salah satu perusahaan jamu di Indonesia yang konsen dengan penggunaan tanaman herbal. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak, Bapak Rektor UMJ, PT. Sido Muncul, Bank Mandiri, Bank BNI Syariah, dan semua panitia yang telah bekerja keras untuk terselenggaranya acara seminar ini. Selamat melaksanakan seminar kepada seluruh pemakalah dan peserta. Kami mohon maaf seandainya dalam penyelenggaraan seminar ada yang kurang dan tidak berkenan.</p><p>Selanjutnya kami mohon kepada Bapak Rektor UMJ untuk berkenan membuka Seminar Nasional 2017 “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”. Terima kasih.</p><p>Wabillahit taufiq walhidayah. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.</p><p>Jakarta, November 2017</p><p>Dekan</p><p>Dr. Ir. Hj. Elfarisna, M.Si.</p> elfarisna elfarisna Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2017-12-30 2017-12-30 x xi KEYNOTE SPEAKER DIREKTUR PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2297 <p>Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat Pagi.</p><p>Yang Terhormat,</p><ul><li>Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta;</li><li>Para Keynote Speaker;</li><li>Seluruh Hadirin Seminar Nasional “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”.</li></ul><p>Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkah dan karunianya kita masih diberikan kesehatan dan dapat berkumpul dalam rangka mengikuti Seminar Nasional “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”.</p><p>Suatu kehormatan bagi saya untuk berada dalam Seminar Nasional “Pertanian dan Tanaman Herbal Berkelanjutan di Indonesia”. Seminar Nasional ini merupakan forum penting bagi kita untuk mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional di negara kita. Atas nama Kementerian Kesehatan, saya ingin menyampaikan apresiasi yang mendalam saya kepada Universitas Muhamadiyah Jakarta khususnya Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiyah Jakarta, untuk keramahan dan sambutan hangat yang diberikan kepada kami.</p><p>Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang saya hormati, Indonesia dalam mengembangkan pelayanan kesehatan tradisional sejalan dengan Strategi WHO Tahun 2014-2023 dalam sasaran strateginya disebutkan bahwa kesehatan tradisional harus dikembangkan melalui pendekatan ilmu pengetahuan, perlunya pengaturan dalam 3P yaitu <em>products, practices and practitioners</em>, serta dapat diintegrasikan dalam bentuk pelayanan kesehatan tradisional dan asuhan mandiri kesehatan tradisional. Pengembangan produk berkaitan dengan pengembangan standar, uji manfaat, keamanan dan mutu produk. Pengembangan penyelenggaraannya berkaitan dengan elaborasi pohon keilmuan kesehatan tradisional Indonesia yang akan dijadikan sebagai bahan ajar dalam pendidikan kesehatan tradisional. Pengembangan pendidikan kesehatan tradisional di Indonesia diharapkan akan menghasilkan tenaga kesehatan tradisional yang kompeten.</p><p>Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang saya hormati, pengembangan dan peningkatan obat tradisional ditujukan agar diperoleh obat tradisional yang bermutu tinggi, aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal. Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari budaya bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat sejak berabad-abad yang lalu, namun demikian pada umumnya efektivitas dan keamanannya belum sepenuhnya didukung oleh penelitian yang memadai. Dibutuhkan adanya koordinasi ketika akan melakukan penelitian tanaman obat dengan melibatkan berbagai unsur agar menghindari adanya penelitian yang sejenis di waktu dan tempat yang berbeda.</p><p>Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang berbahagia, bahan baku obat dan obat tradisional 85% masih impor dari luar negeri. Saat ini Kementerian Kesehatan cq Ditjen Farmasi dan Alkes telah mengembangkan Pusat Pengolahan Pasca Panen Tanaman Obat (P4TO) di daerah yang akan memanfaatkan bahan alam Indonesia. Melalui fasilitasi P4TO ini diharapkan dapat mendukung upaya kemandirian bahan baku obat dan obat tradisional sehingga dapat membantu dalam mengurangi ketergantungan akan impor.</p><p>Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang berbahagia, perlu saya sampaikan bahwa kami juga telah memiliki Peraturan Pemerintah tentang pelayanan kesehatan tradisional yang menjadi dasar hukum pengembangan kesehatan tradisional di Indonesia. Demikian juga dalam Struktur Organisasi Kementerian Kesehatan, pelayanan kesehatan tradisional menjadi 1 unit tersendiri di bawah Dirjen Pelayanan Kesehatan. Hal ini menandakan bahwa Pemerintah Indonesia memberikan perhatian dan dukungan yang serius dalam pengembangan pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia.</p><p>Bapak dan Ibu hadirin sekalian yang saya hormati, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia (FOHAI) yang berisi informasi tentang jenis-jenis tanaman obat yang tumbuh di Indonesia serta telah terbukti secara ilmiah aman dan bermanfaat untuk kesehatan. Pada pasal (5) menyatakan bahwa Pembinaan dan Pengawasan terhadap penggunaan obat herbal asli Indonesia dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing.</p><p>Berdasarkan Permenkes RI No.006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat tradisional pasal (2) menyatakan bahwa, Obat tradisional hanya dapat dibuat oleh industri dan usaha di bidang obat tradisional. Industri tersebut terdiri atas IOT dan IEBA. Usaha Obat Tradisional terdiri atas: UKOT, UMOT, Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong.</p><p>Akhirnya, kami percaya bahwa pengobatan tradisional masih penting di era modern ini. Oleh karena itu, kerjasama yang kuat, kerjasama dan bantuan teknis untuk mengembangkan pengobatan tradisional diperlukan. Hal ini juga memerlukan penyesuaian yang tepat berdasarkan kebutuhan negara dan kemampuan untuk mengembangkannya.</p><p>Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,</p><p>Jakarta, November 2017</p><p>Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional</p><p>Dr. dr. Ina Rosalina, Sp. A(K), M.Kes, MH.Kes.</p> Ina Rosalina Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2017-12-30 2017-12-30 xi xiii PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN OBAT BERKELANJUTAN https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2246 <p>Meningkatnya kecenderungan masyarakat dunia akan produk pertanian yang bebas dari residu pestisida mendorong para ahli mempelajari kemungkinan substitusi penggunaan pestisida sintetis dengan pestisida yang lebih ramah terhadap lingkungan. Penggunaan pestisida sintetis seperti rodentisida, insektisida, molusisida, acarisida, fungisida dan nematisida yang kurang bijaksana mengakibatkan berbagai efek merugikan diantaranya timbulnya resistensi dan resurgensi hama, terbunuhnya serangga berguna seperti parasit, predator maupun penyerbuk, mengakibatkan pencemaran air, tanah dan udara yang pada akhirnya dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan yang tidak kalah pentingnya meninggalkan residu yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Sehubungan dengan hal tersebut sudah saatnya dicari alternatif metode pengendali lain yang memiliki efektifitas pengendalian setara dengan pestisida sintetis namun relatif lebih aman terhadap organisme hidup dan lingkungan. Pemanfaatan pestisida alami yaitu pestisida nabati dan BioPestisida diyakini mampu menjawab permasalahan residu dan degradasi lingkungan. Bahan aktif pestisida nabati tersusun dari senyawa sekunder tanaman sifatnya mudah terurai bila terpapar sinar matahari sehingga relatif tidak meninggalkan residu pada produk dan lingkungan. Penggunaan pestisida nabati memberikan efek ganda karena setelah diaplikasikan dan mengendalikan OPT, bahan aktifnya segera terurai dan dapat berfungsi sebagai pupuk sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan dan meningkatkan produksi tanaman. BioPestisida merupakan musuh alami hama yang sifatnya spesifik hanya terhadap hama sasarannya saja sehingga relatif tidak membahayakan manusia dan lingkungan. Aplikasi BioPestisida dalam jangka panjang dapat memperbaiki keseimbangan ekosistem sehingga populasi hama dan penyakit dapat tertekan secara berkelanjutan. Pemanfaatan pestisida alami pada komoditas tanaman obat dapat menjamin ketersediaan bahan baku jamu yang bermutu tinggi yaitu bebas dari residu pestisida sehingga pasar produk-produk jamu terbuka lebar baik di dalam negeri maupun di pasar internasional.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><em>The rising trend of the world community of agricultural products free of pesticide residues prompted experts to study the possibility of substitution for the use of synthetic pesticides with more environmentally friendly pesticides. The use of synthetic pesticides such as rodenticides, insecticides, mollusicides, acarisides, fungicides and nematisides is unwise resulting in the adverse effects of pest resistance and resurgence, the destruction of useful insects such as parasites, predators and pollinators, resulting in water, soil and air pollution disturbs the balance of the ecosystem and is no less important to leave residues that are very harmful to human health. In relation to that, it is time to look for alternatives to other control methods that have effective controls equivalent to synthetic pesticides but relatively safer to living organisms and the environment. Utilization of natural pesticide that is vegetable pesticide and Bio-Pesticide believed to be able to answer problem of residue and environmental degradation. The active ingredients of vegetable pesticides composed of secondary plant compounds are easily biodegradable when exposed to sunlight so they leave relatively no residue on the product and the environment. The use of vegetable pesticides gives a double effect because once applied and controlling the pest, the active ingredients decompose immediately and can function as fertilizers so as to improve growth and increase crop production. Bio-Pesticide is a natural enemies of pests that are specific only to the target pest, so it is relatively harmless to humans and the environment. Bio-Pesticide applications in the long term can improve the balance of ecosystems so that pest populations and diseases can be depressed in a sustainable manner. Utilization of natural pesticides on medicinal plant commodities can guarantee the availability of high quality herbal raw materials that is free from pesticide residues so that the market of herbal products is wide open both domestically and in the international market.</em> Wiratno Wiratno Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 1 16 PENGEMBANGAN BAHAN KAJIAN BERMUATAN MATERI HERBAL PADA PENDIDIKAN TINGGI PERTANIAN https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2247 <p class="Default">Berdasarkan UU No 12 tahun 2012, pasal 10 butir (3) menyatakan bahwa enam rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ditransformasikan, dikembangkan, dan/atau disebarluaskan oleh Sivitas Akademika melalui Tridharma. Melalui penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sangat dimungkinkan melahirkan <em>body of knowledge</em> baru. Manakala belum dapat disebut suatu <em>body of knowledge</em> baru yang utuh, namun ada kebutuhan di dunia industri, maka suatu materi kajian dapat menjadi bahan pembelajaran minor/konsentrasi. Bahan kajian Herbal dalam nomenklatur yang ada saat ini (Kepmenristekdikti No 257 tahun 2017) berada pada program studi Akupunktur dan Pengobatan Herbal (D-IV), program studi Jamu (D-III), dan <em>Herbal medicine</em> (Magister). Belum ada program studi agronomi tanaman herbal yang dikaji utuh dalam sebuah program studi. Sehingga dimungkinkan dapat diselipkan sebagai kompetensi minor pada program studi agroekoteknologi atau agroteknologi. Di dalam UU No 12 tahun 2012 pasal 8 dinyatakan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berlaku kebebasan akademik, kebebasan mimbar akademik dan otonomi keilmuan, yang wajib dilindungi dan difasilitasi oleh pimpinan Perguruan Tinggi. Namun demikian, konsentrasi pada program studi harus mampu mengemas serangkaian kompetensi utuh, sehingga jika disampaikan dalam beberapa mata kuliah harus dapat membentuk kompetensi yang menunjang Capaian Pembelajaran program studi. Agronomi tanaman herbal yang mencakup pemilihan bibit, pemuliaan, teknologi pemeliharaan dan pemanenan serta pengawasan mutunya akan cocok menjadi sebuah konsentrasi pada program studi agroteknologi. Lain halnya penanganan pasca panen, pengujian karakteristik bahan baku obat, dan teknologi pengolahan herbal sampai pengawasan mutu dan pengkemasan akan sesuai dijadikan konsentrasi pada teknologi pengolahan hasil pertanian. Apabila ditambahkan materi kajian berpikir sistem industri yang memberikan nilai tambah akan menjadi sesuai dijadikan bahan kajian khusus pada program studi rekayasa industri pertanian. Semua itu telah ada rujukannya berdasarkan jenjang pendidikan yang dicerminkan dalam standar kompetensi lulusan (peraturan menristekdikti No 44 tahun 2015) dan Panduan Kurikulum Pendidikan Tinggi (2016).</p><p class="Default" align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><em>Based on UU No 12 year 2012, article 10 point (3) states that six clumps of Science and Technology are transformed, developed, and/or disseminated by the Academic Society through Tridharma. The study material of Herbs in the current nomenclature (Kepmenristekdikti No. 257 year 2017) is in the study program of Acupuncture and Herbal Medicine (D-IV), Study program of <span style="text-decoration: underline;">Jamu</span> (D-III), and Herbal medicine (Magister). There is no agronomic study program of herbal plants studied intact in a study program. So it may be inserted as a minor competence in agroecotechnology or agrotechnology courses. In UU No 12 year 2012 article 8 stated that in the implementation of education and development of Science and Technology apply academic freedom, freedom of academic ranks and autonomy of science, which must be protected and facilitated by the leadership of Higher Education. However, the concentration on the study program should be able to package a series of intact competencies, so that if delivered in some courses should be able to establish competencies that support the Achievement Learning Program. The horticultural plant agronomy that includes seed selection, breeding, maintenance and harvesting technology and quality control will fit into a concentration on the agrotechnology course. Another case of post-harvest handling, testing the characteristics of raw materials of drugs, and herbal processing technology to quality control and packaging will be appropriate to be concentrated on agricultural processing technology. If the materials are added to think the industrial systems that provide added value will be appropriate to be used as special study materials in the agricultural industry engineering courses. All of which have been referenced based on education level which is reflected in the competency standard of graduates (regulation of Minister of Research and Technology No. 44 of 2015) and Guidance of Higher Education Curriculum (2016).</em> Illah Sailah Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 17 21 AGRIBISNIS TANAMAN OBAT DAN PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICE DI PT. SIDO MUNCUL https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2254 <p>Bahan baku industri jamu sebagian besar diambil dari alam dalam bentuk hasil tumbuhan herbal (simplisia nabati). Oleh karena itu usaha budidaya dan menangkap peluang usaha (agribisnis) dari tanaman herbal cukup menjanjikan. Agribisnis tanaman obat memiliki beberapa sub sistem, mulai dari hulu sampai ke hilir. Agribisnis tanaman herbal (obat) menjadi perhatian dan sangat penting dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Tanaman herbal (obat) memiliki potensi bisnis untuk dapat dikembangkan dan sebagai upaya deversifikasi usaha pertanian yang berkelanjutan. PT. Sido Muncul melakukan penerapan <em>good agricultural practice</em> (GAP) sebagai upaya melakukan standarisasi dan meningkatkan mutu bahan baku serta menjamin keberlangsungan usaha.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><em>The raw materials of the herbal medicine industry are mostly taken from nature in the form of herbs (vegetable simplisia). Therefore cultivation and capture business opportunities (agribusiness) of herbal plants is quite promising. Agribusiness medicinal plants have several sub-systems, ranging from upstream to downstream. Herbs (medicinal) agribusiness becomes a concern and very important in the effort of preserving Indonesia's biodiversity. Herbal plants (drugs) have the potential for business to be developed and as an effort to deversifikasi sustainable agricultural business. PT. Sido Appears to implement the implementation of good agricultural practice (GAP) as an effort to standardize and improve the quality of raw materials and ensure business continuity.</em> Irwan Hidayat Bambang Supartoko Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 22 29 POTENSI ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT DAN PERASAN DAGING BUAH LEMON (Citrus Lemon) LOKAL DAN IMPOR https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2255 <p>Buah lemon (<em>Citrus lemon</em>) merupakan salah satu buah penghasil senyawa antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas. Pengujian potensi antioksidan pada buah lemon lokal dan impor diambil dari ekstrak kulit dan perasan daging buah. Lemon impor (<em>C</em><em>.</em><em> l</em><em>e</em><em>mon</em>) diperoleh dari supermarket yang diimpor dari Australia, sedangkan lemon lokal (<em>C</em><em>.</em><em> lemon</em> L. Burm. F. var. Lisbon) diperoleh dari daerah kota Jombang Jawa Timur pada bulan April 2017. Ekstraksi kulit buah dilakukan dengan cara maserasi bertingkat menggunakan pelarut etanol 96%. Pengujian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode DPPH (<em>1,1-diphenyl-2-picrylhyrazil</em>) dan potensi antioksidan dilihat dari nilai EC<sub>50</sub> dengan mengukur peredaman 50% aktivitas radikal bebas DPPH menggunakan pengukuran absorbansi secara spektrofotometri visibel. Hasil pengujian secara kualitatif ekstrak kulit dan perasan daging buah lemon lokal dan impor, diketahui memiliki aktivitas antioksidan dengan menghasilkan peredaman DPPH yang ditandai dengan berkurangnya intensitas warna ungu. Pengujian secara kuantitatif didapatkan Nilai EC<sub>50</sub> pada ekstrak kulit buah lemon lokal sebesar 1002.57 bpj dan lemon impor 269.38 bpj, sedangkan untuk perasan buah lemon lokal sebesar 19205.96 bpj dan lemon impor 5388.58 bpj. Semakin kecil nilai EC<sub>50</sub>, semakin besar potensi antioksidannya. Lemon impor memiliki potensi antioksidan lebih tinggi dari pada lemon lokal, sedangkan ekstrak kulit buah memiliki potensi yang lebih tinggi dari pada perasan buah lemon.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><em>Lemon fruit (Citrus lemon) is one of fruits that produce antioxidant compounds and can reduce free radicals. Peel extract and juice of local and imported lemon fruits were applied for their antioxidants potential test.</em> <em>Peel extraction was performed by maceration method using 96% ethanol. Qualitative and quantitative test were performed by DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhyrazil) method and antioxidant potential was determined by EC<sub>50</sub> value by measuring 50% reduction of DPPH free radical activity using absorbance measurements by visible spectrophotometry. Qualitative test on peels extract and juice of local and imported lemon fruit shown their antioxidant activities by DPPH damping which were characterized by reduced intensity of purple color. The quantitative test resulted in EC<sub>50</sub> value of 1002.57 ppm for local lemon peels extract and 269.38 ppm for imported lemon, while for the local lemon juice was 19205.96 ppm and imported lemon was 5388.58 ppm. The smallest value of EC<sub>50</sub> the highest their antioxidant potential. Imported lemon has a higher antioxidant potential than local lemons, while peels extract has a higher potency than juice.</em> Alfian Hendra Krisnawan Ryanto Budiono Devi Resmi Sari Weilinten Salim Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 30 34 PERTUMBUHAN KULTUR TUNAS TAKA PADA MEDIA MS YANG MENGANDUNG SITOKININ DAN MANITOL UNTUK KONSERVASI IN VITRO https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2256 <p>Tanaman taka (<em>Tacca leontopetaloides</em> (L.) Kuntze) merupakan jenis tanaman yang tumbuh terbatas di beberapa daerah pantai di Indonesia. Tanaman ini merupakan tanaman minor sehingga perlu dikonservasi. Umbi taka berpotensi sebagai sumber karbohidrat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pertumbuhan kultur tunas taka pada media yang mengandung sitokinin BAP atau kinetin yang dikombinasikan dengan manitol untuk konservasi secara <em>in vitro</em>. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biak Sel dan Jaringan Tanaman Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Cibinong Science Center pada bulan Juni 2016 sampai Maret 2017. Setelah dikonservasi selama 24 minggu, planlet diaklimatisasi. Tunas taka ditumbuhkan selama 24 minggu pada media MS yang mengandung 0, 0.5 ppm BAP dan 0.5 ppm kinetin dikombinasikan dengan manitol 0%, 2%, 4%, dan 6%. Kultur diinkubasi pada ruang bersuhu 25 <sup>o</sup>C. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 ulangan, data dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan dengan uji<em> Duncan Multiple Range Test</em> (DMRT). Variabel pengamatan yang diamati setiap minggu selama 24 minggu adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah akar serta daya hidup setelah aklimatisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Media MS tanpa sitokinin dan tanpa manitol (kontrol) dan media MS yang mengandung 0.5 ppm kinetin tanpa manitol menunjukkan pertumbuhan terbaik pada semua variabel pengamatan. Taka yang berasal dari media MS tanpa manitol, MS + 2% manitol, MS + 0.5 ppm BAP tanpa manitol, MS + 0.5 ppm BAP + 2% manitol, MS + 0.5 ppm kinetin tanpa manitol, dan MS + 0.5 ppm kinetin + 2% dan 4% manitol mampu tumbuh di rumah kaca.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>Tacca leontopetaloides </em>(L.) <em>Kuntze has limited growth only in some coastal area in Indonesia so that conservation of this minor plant is needed. Tuber of Tacca is useful for carbohidrate source. The aim of this research was to investigate growth of Tacca shoots cultured on the medium containing cyt</em><em>o</em><em>kin</em><em>e</em><em>s BAP or kinetin in combination with mannitol for in vitro conservation. </em><em>The research was conducted at the Plant Cell and Tissue Culture Laboratory, Research Center of Biotechnology LIPI, Cibinong Science Center on July 2016 until March 2017. </em><em>After being cultured for 24 weeks, plantlets were acclimatized. Shoots of Tacca were cultured for 24 weeks on MS medium containing </em><em>0, 0.5 ppm BAP and 0.5 ppm </em><em>k</em><em>inetin in combination with mannitol at 0%, 2%, 4%, and 6%. All cultures were incubated in a culture room at 25</em><em> </em><em><sup>o</sup></em><em>C. The experiment used Completely Random Design with 3 replicates. Data were analyzed by ANOVA followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT). Growth parameters recorded from 1 to 24 weeks were height of shoots, num</em><em>b</em><em>er of leaves, number of roots as well as survival rate after aclimatization. The results showed </em><em>MS medium without cytokin</em><em>es</em><em> or mannitol (control treatment) and MS containing 0.5 ppm kinetin without mannitol gave the best growth. Tacca grown on MS medium without mannitol, MS containing 2% mannitol, MS containing 0</em><em>.</em><em>5 ppm BAP without mannitol, MS cont</em><em>ai</em><em>ning 0</em><em>.</em><em>5 ppm BAP in combination with 2% mannitol, MS containing 0.5 ppm kinetin without mannitol, and MS containing 0</em><em>.</em><em>5 ppm kinetin in combination with 2% and 4% mannitol grew in the greenhouse.</em></p> Betalini Widhi Hapsari Andri Fadillah Martin Tri Muji Ermayanti Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 35 43 STUDI TERHADAP Bellucia pentamera NAUDIN; PERUBAHAN STATUS INVASIF MENJADI BERMANFAAT LARVASIDA https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2257 <p>Berasarkan peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. P94/MENLHK/SETJEN/KUM1/12/2016, spesies <em>Bellucia pentamera</em> tergolong invasif yang dibawa ke Indonesia dari Amerika Latin dan tentunya perlu diawasi. Pada kenyataannya, jenis yang termasuk dalam family Melastomataceae ini, tumbuh di Kalimantan, Jawa Barat serta Sumatra bagian selatan, buahnya dimakan penduduk terutama anak-anak, dan sebagian pohonnya ditanam. Penggalian terhadap potensi sebagai obat anti cacing dan anti jamur pada mulut telah dilakukan di luar negeri. Laboratorium Ekologi Tumbuhan Universitas Sriwijaya, juga telah menemukan bahwa ekstrak daun dapat menghalangi pertumbuhan bakteri <em>Staphilococcus aureus</em> dan <em>Escheria coli.</em> Penelitian terdahulu di laboratorium yang sama, juga mendapatkan sebaran <em>B</em>. <em>pentamera</em> merata di daerah tingkat dua Sumatera Selatan, buahnya mengandung 3,550 mg/100 g vitamin C (berpotensi obat flu/demam) serta pengujian organoleptik membuktikan sayur buah muda dikategorikan enak oleh 40% responden, dan dirasakan sebagai serasa sayur biasa oleh 60% lainnya. Pemanfaatan ekstrak metanol daun untuk larvasida diujikan pada bulan Juni-Juli 2017 di labor dinas kesehatan Baturaja, ternyata konsentrasi ekstrak 3% dapat membunuh 17,5% larva <em>Aedes aegypti</em> selama 24 jam percobaan; dan 37,5% mortalitas untuk 48 jam perlakuan. Studi perkecambahan biji juga dilakukan di rumah percobaan laboratorium ekologi tumbuhan, dengan menghacurkan buah ranum dengan jemari, lalu mengeringkannya di rumah percobaan yang suhunya mencapai lebih 30 <sup>o</sup>C di siang hari selama 10 hari, lalu dikecambahkan di dua medium, tissue basah dalam cawan petri dan tanah basah dalam polybag. Setelah tiga minggu, ternyata biji-biji <em>B</em>. <em>pentamera</em> belum berkecambah. Perkecambahan baru berhasil setelah biji ditempatkan pada medium kertas tissue yang dijaga selalu basah dalam cawan petri tertutup selama lebih dari delapan minggu.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>Bellucia pentamera is a species of plant fall into family Maleastomataceae. It is native to Central America and spreaded to Indonesia at last century. Regulation of Minister of Environmental and Forestry of Indonesia, number P.94/MENLHK/SETJEN/KUM.1/</em><em> </em><em>12/2016 said that these species is characterized as invasive and need to manage and control. This tree species could be found in West Java, West Kalimantan, Malaysia and Jambi. Investigation on the potency for antibacterial has been done and shows that leaves extract was effective to kill Staphilococcu</em><em>s</em><em> </em><em>saureus and Escheria coli colony with teens mm growth inhibition</em><em>.</em><em> Some treatment had been done to increase the value of </em><em> </em><em>B</em><em>.</em><em> pentamera fruit, become tasty; cooked as vegetable sauted and soup, mix with nut and red sugar as rujak, and grinded with chilie as sambel. As far as tested; it is delicious. Experiment of leaves extract to Aedes aegypti was done and it is showed the potency. Mortality of larva reach 17.5% for 3.0% extract concentration after 24 hours treatment, and 37.5% after 48 hours treatment. Trying for germination of fresh seeds in coverage petri dish found success gerimated seeds after 8 weeks.</em></p> Hanifa Marisa Salni Salni Fitryanda Salfamas Yadi Oktariansyah Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 44 52 PERAN FLAVONOID CINCAU HIJAU (Premna oblongifolia) TERHADAP TUMOR OTAK https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2258 <p>Penyakit tumor merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh tumor. Salah satu tumor yang dapat menyebabkan kematian adalah tumor otak. Tumor otak meliputi sekitar 85-90% dari seluruh tumor susunan saraf pusat. Di Amerika Serikat insidensi tumor otak ganas dan jinak adalah 21,42 per 100.000 penduduk per tahun (7,25 per 100.000 penduduk untuk tumor otak ganas, 14,17 per 100.000 penduduk per tahun untuk tumor otak jinak). Pengobatan tumor yang aman dan efektif masih belum ditemukan. Dengan demikian, usaha untuk menemukan obat tumor perlu terus dilakukan untuk mendapatkan obat yang efektif dengan efek samping yang kecil. Usaha yang perlu dilakukan yaitu dengan pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional. Salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan dalam pengobatan tumor otak adalah daun cincau hijau (<em>Premna Oblongifolia</em>). Tujuan <em>literature review </em>ini mengetahui pemanfaatan cincau hijau sebagai alternatif kesehatan dalam mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang disebabkan karsinogen, khususnya tumor otak. Penelitian ini menggunakan <em>Literature review </em>dengan beberapa kajian referensi. Daun cincau hijau mengandung karbohidrat, lemak, protein, klorofil, dan senyawa-senyawa lainnya seperti polifenol, flavonoid, serta mineral dan vitamin diantaranya kalsium, fosfor, vitamin A, dan vitamin B. Kandungan polifenol dan flavonoid dalam daun cincau hijau berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa flavonoid mempunyai ikatan gula yang disebut aglikon yang berikatan dengan berbagai gula dan sangat mudah terhirolisis atau mudah lepas dari gugus gulanya. Flavonoid merupakan antioksidan yang berpotensi mencegah radikal bebas. Cincau hijau mengandung komponen bioaktif pembunuh sel tumor dan menghalau senyawa-senyawa berbahaya pemicu tumor yaitu senyawa flavonoid.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>Tumor is one of the leading causes death in the worldwide. In 2012, about 8,2 million deaths caused by tumors. One of tumors that can cause death was a brain tumor. Brain tumor covered about 85-90% of all central nervous system tumors. In United States, the incidence of malignant and benign brain tumors were 21,42 for each 100.000 population per year. But until now it has not been found the safe and effective treatment for tumor. Therefore, thus effort to find a treatment for tumor need to be continuosly to obtain an effective treatment with minor side effects. Efforts that needs to be done was the utilization of plants as a traditional medicine. One of the plants that can be utilized in the treatment of brain tumors is green grass jelly </em><em>(Premna </em><em>o</em><em>blongifolia).</em><em> </em><em>The purpose of this literature review is to know the utilization of green grass jelly as an alternative in preventing the occurence of disease caused by carcinogenic substances, especially brain tumor. This study used the literature review with some reference studies. </em><em>Green grass jelly leaves contain carbrohydrates, fats, proteins, chlorophylls, and other compounds such as polyphenols, flavonoids, and minerals and vitamins such as calcium, phosporus, vitamin A and vitamin B. the content of polyphenols and flavonoids in green grass jelly acts as an antioxidant. Flavonoid compounds had a sugar bonds called aglycans that bind to various sugars and were very easily separated from the sugar group. Flavonoids are antioxidants that potentially prevent free radicals. Green grass jelly contains flavonoid compound that is a bioactive component of tumor cell killer and dispels the harmful compounds that triggered tumor.<strong></strong></em></p> Slamet Sudi Santoso Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 53 61 TELAAH SISTEMATIS TERHADAP BASIS DATA BAHAN ALAM UNTUK PENGEMBANGAN PRODUK SUPLEMEN HERBAL https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2259 <p>Suplemen herbal merupakan produk yang sudah jamak ditemukan di pasaran, misalnya kunyit putih yang dipercaya dapat menghambat kanker, sambong yang dipercaya dapat mengobati luka, maupun buah merah Papua yang dipercaya dapat menghambat HIV (AIDS). Penelitian kimia bahan alam terhadap tanaman/herbal dimulai dengan pendekatan <em>wet laboratory</em>, terutama pada kajian biologi molekuler. Hanya saja, basis teknik informatika yang menyajikan informasi mengenai landasan kimia bahan alam dari produk herbal tersebut masih belum banyak diketahui. <em>Information gap </em>ini yang harus segera dijembatani, sehingga informasi yang dihasilkan <em>wet laboratory </em>dapat dikelola dengan baik<em>. </em>Kami melakukan telaah sistematis dan pencarian terhadap literature melalui Google Scholars dan Pubmed terkait basis data bahan alam maupun metode komputasi kandidat obat herbal.<em> </em>Basis data bahan alam untuk anotasi herbal sudah tersedia baik di dalam maupun luar negeri. Basis data Indonesia diantaranya adalah HerbalDB dari UI dan Basis data jamu dari IPB. Keduanya banyak terinspirasi dari basis data Knapsack milik Jepang. Basis data buatan luar negeri yang sangat intensif dikembangkan adalah Pengobatan Tradisional China (Traditional Chinese Medicine (TCM)), diantaranya adalah TCM Database@Taiwan dari Taiwan dan TCMID dari China. Fitur-fitur yang umumnya terdapat pada basis data tersebut adalah anotasi struktur kimia, identitas taksonomi, maupun sifat fisiko-kimia . Dalam konteks bioinformatika, basis data bahan alam sangat mendukung untuk pengembangan suplemen pangan maupun obat karena dapat menjadi <em>feeder</em> data untuk simulasi molekuler, seperti editing, penambatan, dan dinamika molekuler. Informasi utama yang melengkapi basis data berasal dari data <em>wet experimentation</em>, seperti data instrumen NMR, IR, dan UV-VIS. Informasi dari instrumentasi tersebut merupakan potongan “puzzle” untuk mengkonstruksi struktur kimia dari senyawa bahan alam tersebut.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>Herbal supplements are products that are commonly found in the market, such as white turmeric that is believed to inhibit cancer, sambong thought to treat wounds, or red Papua fruit thought to inhibit HIV </em><em>(</em><em>AIDS</em><em>)</em><em>. The chemical research of natural materials on plants/herbs begins with a wet laboratory approach, especially in the study of molecular biology. However, the basis of informatics techniques that provide information about the chemical foundation of natural ingredients from herbal products is still not widely known. This information gap should be bridged immediately, so the info produced wet laboratory can be appropriately managed. We conduct systematic reviews and literature searches through Google Scholars and Pubmed by natural materials data and computational methods of herbal medicine candidates. Natural products database for herbal annotations is available both at home and abroad. Indonesian databases include HerbalDB from UI and Database of herbal medicine from IPB. Both are much inspired from Japan's Knapsack database. The highly developed foreign-made database is Traditional Chinese Medicine (TCM), among them TCM Database@Taiwan from Taiwan and TCMID from China. The features commonly found in the database are chemical structure annotations, taxonomic identities, and physicochemical properties. In the context of bioinformatics, the database of natural products actively supports the development of food supplements as well as drugs as it can be a data feeder for molecular simulations, such as molecular docking and molecular dynamics. The primary information complementing the database comes from wet experimentation data, such as NMR, IR, and UV-VIS instrument data. Data from the instrumentation is a piece of "puzzle" to construct the chemical structure of the compound of the natural products.</em></p> Arli Aditya Parikesit Rizky Nurdiansyah David Agustriawan Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 62 68 PERTUMBUHAN TALAS BENTUL TETRAPLOID DAN DIPLOID PADA MEDIA PERBANYAKAN, AKLIMATISASI DAN KONFIRMASI TINGKAT PLOIDI https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2260 <p>Induksi poliploidi secara <em>in vitro</em> pada talas kultivar Bentul perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, menciptakan genotipe toleran kekeringan dan meningkatkan ketahanan terhadap hama penyakit. Oleh karena itu perlu diketahui pertumbuhannya pada media perbanyakan, daya hidupnya pada tahap aklimatisasi dan stabilitas tingkat ploidinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan tunas tetraploid pada media perbanyakan, daya tumbuh pada proses aklimatisasi di rumah kaca serta uji kestabilan tingkat ploidi. Talas diploid dipergunakan sebagai kontrol. Percobaan perbanyakan tunas dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap pada media optimal dengan 15 ulangan, pertumbuhan tunas dicatat pada minggu ke-6. Aklimatisasi planlet dilakukan juga dengan Rancangan Acak Lengkap menggunakan 9 ulangan dan pertumbuhannya dicatat setiap minggu hingga minggu ke-6. Konfirmasi tingkat ploidi dilakukan dengan alat flowsitometer dan jumlah kromosom diamati dari sel-sel meristem ujung akar planlet dengan metode <em>squashing</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 klon talas Bentul tetraploid memiliki kemampuan multiplikasi tunas lebih rendah dibandingkan dengan klon diploidnya pada media perbanyakan, namun daya adaptasi planlet dalam proses aklimatisasi tetap tinggi. Konfirmasi tingkat ploidi dengan flowsitometer dan <em>squashing</em> menunjukkan bahwa<em> </em>kedua klon tersebut tetap stabil tetraploid.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>In vitro induction of polyploidy on taro cultivars Bentul needs to be developed to increase productivity, create drought tolerant genotype and increase in pest resistance. Therefore, it is necessary to find out the shoot growth in thes multiplication media, survival rate at acclimatization stage, and stability of the ploidy level. This study was aimed to determine growth of tetraploid taro shoots on multiplication media, survival rate at acclimatization stage in the greenhouse as well as the level of their ploidy. Experiment on shoot multiplication was performed by Completely Randomized Design on optimal media with 15 replicates, its growth was recorded 6 weeks after culture. The plantlet acclimatization was performed by Completely Randomized Design using 9 replications, its growth was recorded weekly and survival rate was observed at week 6. Analysis of ploidy level was performed by flowcytometer and the number of chromosomes was observed from meristem root tip cells by squashing method. The results showed that 2 genotypes of tetraploid taro Bentul had lower shoot multiplication ability compared to the diploid one, however, the survival rate of the planlets at the acclimation stage remained high. Ploidy level analysis using flowcytometer and squashing showed that all genotypes remained tetraploid.</em></p> Dyah Retno Wulandari Ratih Kusuma Ningrum Aida Wulansari Tri Muji Ermayanti Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 69 76 POTENSI KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI PULAU LEMBEH KOTA BITUNG https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2262 <p class="Default"><span lang="EN-US">Sistem pertanian berkelanjutan ialah pengelolaan sumberdaya pertanian untuk memenuhi kebutuhan generasi kini dan yang akan datang dengan cara merawat dan meningkatkan kualitas lingkungan serta pelestarian sumberdaya alam.</span><span lang="EN-US"> Tujuan sistem pertanian berkelanjutan ialah tercapainya kesinambungan antara kepentingan ekonomi, lingkungan dan sosial dalam memanfaatkan lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi karakteristik lahan untuk pengembangan sistem pertanian berkelanjutan di Pulau Lembeh Kota Bitung. Metode yang digunakan adalah metode survei dan pendekatan satuan lahan (SL) untuk pengambilan data karakteristik lahan di lapangan serta pendekatan kesesuaian lahan untuk pengembangan sistem pertanian berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2017 di Pulau Lembeh Bagian Selatan.</span><span lang="EN-US">Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik lahan di Pulau Lembeh sangat memungkinkan untuk pengembangan sistem pertanian jagung dan kacang tanah. Sistem pertanian jagung dan kacang tanah berkelanjutan didasarkan pada kesesuaian lahan aktual</span><span lang="EN-US">dan potensial serta ekonomi.</span><span lang="SV"> Kesesuaian lahan aktual sistem pertanian jagung dan kacang tanah di Pulau Lembeh diperoleh sesuai marjinal (S3wa, S3wa/rc, S3wa/eh, S3wa/rc/eh) dengan faktor pembatas ketersediaan air (wa), media perakaran (rc) (tekstur) dan bahaya erosi (eh) (kemiringan lereng); kesesuaian potensial sistem pertanian jagung dan kacang dengan perbaikan pengelolaan menjadi kesesuaian lahan agak sesuai dan kesesuaian marjinal (S2wa, S3wa/rc, S3wa/rc/eh, S2wa/eh, S3eh); kelayakan ekonomi sistem pertanian jagung dan kacang tanah diperoleh nilai positif melebihi satu sehingga layak dikembangkan secara berkelanjutan. </span><span lang="EN-US">Agar lahan pertanian di Pulau Lembeh tetap produktif diperlukan usaha menjaga kelestarian sumberdaya lahan melalui penerapan sistem pertanian berkelanjutan jagung dan kacang tanah berdasarkan kesesuaian lahan yang berorientasi konservasi lahan. </span></p><p class="Default" align="center"><strong><em><span lang="EN-US">ABSTRACT</span></em></strong></p><p class="Default"><em><span lang="EN-US">Sustainable agriculture system is the management of agricultural resources to meet the needs of present and future generations by caring for and improving environmental quality and conservation of natural resources. The objective of a sustainable agriculture system is to achieve sustainability between economic, environmental and social interests in land use. This study aims to examine the potential characteristics of land for the development of sustainable agriculture systems in Lembeh Island Bitung City. The method used is survey method and land unit (LU) approach for field land characteristic data acquisition and land suitability approach for sustainable agriculture system development. The study was conducted in June 2017 on Southern of Lembeh Island. The results showed that the characteristics of the land on Lembeh Island is very possible for the development of corn and peanut farming systems. Sustainable maize and peanut farming systems are based on actual and potential land suitability and economy. The actual land suitability of maize and peanut farming systems on Lembeh Island is obtained in accordance with marginal (S3wa, S3wa/rc, S3wa/uh, S3wa/rc/eh) with limiting factor of water availability (wa), root medium (rc) (texture) and erosion hazard (eh) (slope); potential suitability of maize and bean farming systems with improved management to suitably matched land suitability and marginal conformity (S2wa, S3wa/rc, S3wa/rc/er, S2wa/uh, S3eh); economic feasibility of corn and peanut farming system is obtained positive value exceeds one so it is worth developing continuously. In order to keep farming land on Lembeh Island productive efforts to maintain the sustainability of land resources through the implementation of sustainable farming system of corn and peanuts based on land suitability oriented land conservation.</span></em></p> Jody M. Mawara Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 77 87 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) TERHADAP EFISIENSI PUPUK ORGANIK PADAT https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2263 <p>Seledri termasuk dalam famili <em>A</em><em>piaceae</em>, merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digunakan untuk penyedap dan penghias hidangan. Biji seledri juga digunakan sebagai bumbu dan penyedap dan ekstrak minyak bijinya berkhasiat sebagai obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman seledri terhadap penambahan dosis pupuk organik. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai bulan April 2017 di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta, menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan enam perlakuan, yaitu Pupuk anorganik 100% (kontrol), Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa<sup>® </sup>50 ml per tanaman, Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa<sup>® </sup> 100 ml per tanaman, Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa<sup>® </sup> 150 ml per tanaman), Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa<sup>®</sup> 200 ml per tanaman, Pupuk anorganik 50% + POP Supernasa<sup>® </sup> 250 ml per tanaman). Paramater yang diamati adalah tinggi batang, jumlah tangkai daun, panjang akar pertanaman, jumlah akar pertanaman, bobot akar pertanaman, bobot basah pertanaman dan bobot konsumsi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pada setiap parameter yang diamati perlakuan pupuk anorganik 50% + POP Supernasa<sup>® </sup> 200 ml per tanaman, memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Semua perlakuan tidak berbeda nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Penambahan dosis pupuk organik padat Supernasa<sup>®</sup> dengan dosis 200 ml lebih efektif dibandingkan dengan penambahan dosis 250 ml pupuk organik padat Supernasa<sup>®</sup>, sehingga dapat direkomendasikan sebagai pupuk pelengkap (tambahan) untuk komoditi tanaman seledri. </p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>C</em><em>e</em><em>lery is include in the </em><em>A</em><em>piceae family, one of the most widely used vegetables for flavoring and decorating. C</em><em>e</em><em>lery seeds are also used as herbs and flavoring oils and nutritious extracts as a drug. This research aims to determine the response of growth and production of calery plaants to the addition of organic fertilizer dosage. The research conducted on the February to April 2017 at experimental garden Agronomy Faculty, University of Muhammadiyah Jakarta, used the Randomized Complete Block Design (RCBD) with six treatments that is 100% anorganic </em><em>fertilizer </em><em>(control), 50% anorganic</em><em> fertilizer</em><em> + POP 50 ml</em><em> per </em><em>plant, 50% anorganic </em><em>fertilizer</em><em> </em><em>+ POP 100 ml</em><em> per </em><em>plant, 50% anorganic </em><em>fertilizer</em><em> </em><em>+ POP 150 ml</em><em> per </em><em>plant, 50% anorganic </em><em>fertilizer</em><em> </em><em>+ POP 200 ml</em><em> per </em><em>plant, 50% anorganic </em><em>fertilizer</em><em> </em><em>+ POP 250 ml</em><em> per </em><em>plant. The parameters observased were plant height, number of stems, root legth, root number, root weight, wet weight, dan comsumption weight. The result showed that all parameters observed treatment 50% anorganic </em><em>fertilizer</em><em> </em><em>+ POP 200 ml</em><em> per</em><em> plant has the highest value compared with other treatments. All the treatments were not significantly different for all parameters observed. Apopulation of Supernasa<sup>®</sup> solid dosage of organic fertilizer with doses of 200 ml was more effective than with the addition of 250 ml doses of Supernasa<sup>® </sup>annd 100% anorganic fertilizers, so it can be recommended as a complement</em><em> (</em><em>suplement</em><em>)</em><em> for the commodity of celery plants.</em></p> Muhammad Alham Elfarisna Elfarisna Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 88 97 APLIKASI PUPUK GUANO DALAM MENINGKATKAN UNSUR HARA N, P, K, DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KEDELAI PADA MEDIA TANAM TAILING TAMBANG EMAS https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2264 <p>Penambangan emas selain menghasilkan emas sebagai produk utamanya, juga menghasilkan limbah berupa tanah bekas pengolahan (<em>tailing</em>). Pada umumnya, <em>tailing</em> memiliki unsur hara terutama nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), pH rendah, memiliki Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang rendah sehingga diperlukan strategi pengelolaan <em>tailing</em> menjadi lebih produktif. Strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian bahan organik. Salah satu bahan organik yang dapat digunakan agar <em>tailing</em> menjadi lebih produktif adalah pupuk guano. Pupuk guano dapat memperbaiki kesuburan tanah,karena memiliki kandungan N, P, dan K sehingga baik untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk guano mengandung 7 - 17% N, 8 – 15% P, dan 1,5 – 2,5% K. Tujuan dari penelitian ini adalah (1). untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk guano yang berbeda dalam meningkatkan unsur hara N, P, K pada media tanam <em>tailing</em> tambang emas. (2). Untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk guano yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman kedelai pada media tanam <em>tailing</em> tambang emas. Penelitian dilakukan selama 5 bulan dari bulan Juli sampai November di lahan percobaan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Muaro Sijunjung. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan dosis pupuk guano yaitu A = kontrol (tanpa pupuk guano), B = pupuk guano 10 ton/ha, C = pupuk guano 15 ton/ha, D = pupuk guano 20 ton/ha, E = pupuk guano 25 ton/ha. Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan uji F pada taraf 5%, dilanjutkan dengan uji lanjutan DNMRT pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian didapatkan yaitu (1). Aplikasi pupuk guano dapat meningkatkan unsur hara N, P, K <em>tailing</em> tambang emas. (2). Aplikasi pupuk guano dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kedelai pada media tanam <em>tailing</em> tambang emas.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>Gold mining in addition to producing gold as its main products, also produces waste in the form of land used for processing (tailings). In general, the tailings have nutrients, especially nitrogen (N), phosphorus (P) and potassium (K), low pH, has a cation exchange capacity (CEC) so low that the tailings management strategy is required to be more productive. Strategies that can be done by organic matter. One of the organic material that can be used in order to be more productive tailing is guano fertilizer. Guano fertilizer to improve soil fertility, because it contains N, P, and K so good for plant growth. Guano fertilizer containing 7</em><em> </em><em>–</em><em> </em><em>17% N, 8</em><em> </em><em>–</em><em> </em><em>15</em><em>%</em><em> P, and 1,5 – 2,5</em><em>%</em><em> K. The purpose of this study were (1). to determine the effect of different doses of guano fertilizer in enhancing nutrient N, P, K in the planting medium gold mine tailings.</em><em> (2). To determine the effect of different doses of guano fertilizer on plant growth soybean planting medium gold mine tailings. The study was conducted during the five months from July to November in field trials College of Agricultural Sciences (STIPER) Muaro Sijunjung. Research using completely randomized design (CRD) with a dosage of fertilizer guano ie A = control (without fertilizer guano), B = 10 ton</em><em>/</em><em>ha</em><em> </em><em>of fertilizer guano, C = 15 ton/ha</em><em> </em><em>of fertilizer guano, D = 20 ton/ha</em><em> </em><em>of fertilizer guano, </em><em>E = 25 ton/ha</em><em> </em><em>of guano fertilizer. Data were statistically analyzed by F test at 5%, followed by further tests DNMRT at the 5% significance level. The results showed that (1). Guano fertilizer application can increase nutrients N, P, K gold mine tailings. </em><em>(2). Guano fertilizer application could increase the growth of soybean plants in the planting medium gold mine tailings.</em><em></em></p> Riza Syofiani Giska Oktabriana Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 98 103 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MELON TERHADAP PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR Tithonia diversifolia https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2265 <p>Melon (<em>Cucumis melo</em> L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang banyak digunakan sebagai sumber vitamin dalam pola menu makanan dan dikonsumsi semua lapisan masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi melon terhadap pemberian pupuk organik cair (POC) <em>Tithonia diversifolia</em>. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - Juni 2017 di Kebun Percobaan Dinas Pertanian dan Kelautan Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan enam perlakuan dan lima ulangan. Perlakuannya adalah NPK 100% sebagi kontrol, dan lima konsentrasi pupuk organik cair <em>T. diversifolia</em>,<em> </em>yaitu 50% NPK + 5% POC <em>T. Diversifolia</em>; 50% NPK + 10% POC <em>T. Diversifolia</em>; 50% NPK + 15% POC <em>T. diversifolia</em>; 50% NPK + 20% POC <em>T. diversifolia</em>; dan 50% NPK + 25% POC <em>T. diversifolia</em>. Parameter yang diamati adalah jumlah daun, jumlah cabang, waktu bunga pertama, jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, jumlah bunga total, bobot buah dan diameter buah. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemberian POC <em>T. diversifolia</em> berpengaruh tidak nyata terhadap parameter jumlah daun, jumlah cabang, jumlah bunga betina, bobot buah dan diameter buah. Pemberian perlakuan POC <em>T. diversifolia</em> berpengaruh nyata terhadap waktu bunga pertama, jumlah bunga jantan dan jumlah bunga total. Perlakuan kontrol (NPK 100 %) memberikan bobot buah terberat dan diameter buah terbesar akan tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>Melon (Cucumis melo L.) is one of horticulture commodity which is widely used as a source of vitamin in diet pattern and consumed by every layers of Indonesian people. Research </em><em>aims to determine the response of growth and production melon to the provision of liquid organic fertilizer (POC) Tithonia diversifolia.</em><em> </em><em>Research be located in </em><em>Experimental Garden of South Jakarta Agriculture and Maritime Office</em><em> in </em><em>March</em><em> </em><em>until June 2017</em><em>. Research </em><em>used Randomized Block Design (R</em><em>BD</em><em>)</em><em> </em><em>with six treatments and five replications.</em><em> Research</em><em> </em><em>used</em><em> NPK 100% as control, and five concentrations of liquid organic fertilizer T</em><em>.</em><em> diversifolia were 50% NPK + 5% POC T</em><em>.</em><em> diversifolia</em><em>;</em><em> </em><em>50% NPK + 10% POC T</em><em>.</em><em> diversifolia</em><em>;</em><em> </em><em>50% NPK + 15% POC T</em><em>.</em><em> diversifolia</em><em>;</em><em> </em><em>50% NPK + 20% POC T</em><em>.</em><em> diversifolia</em><em>;</em><em> </em><em>and </em><em>50% NPK + 25% POC T</em><em>.</em><em> diversifolia. The parameters observed were the number of leaves, number of branches, the first flower time, the number of male flowers, the number of female flowers, the total number of flowers, the fruit weight and the fruit diameter. The results shows that treatment for POC T</em><em>.</em><em> diversifolia had no significant effect on leaf number, number of branch, number of female flowers, fruit weight and fruit diameter. The giving of POC T</em><em>.</em><em> diversifolia treatment had a significant effect on the first flower time, the amount of the male flowers and the total amount of flower. The control treatment (NPK 100%) gave the heaviest fruit weight and largest fruit diameter but not significantly different from other treatments.</em></p> Putri Annisa Helfi Gustia Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 104 114 RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH TERHADAP PENAMBAHAN KONSENTRASI PUPUK ORGANIK DAN PENGURANGAN DOSIS PUPUK ANORGANIK https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2266 <p>Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang menduduki uratan ketiga setelah jagung dan kedelai. Telah lama diupayakan peningkatan produksi dengan berbagai cara, yaitu melalui perluasan areal tanam, intensifikasi budidaya tanaman kacang tanah dan menciptakan dan mencari varietas unggul berpotensi produksi tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman <em>Arachis hypogeae </em>L. terhadap penambahan konsentrasi pupuk organik.Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai bulan Maret 2017 di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta, menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan enam perlakuan, yaitu pupuk anorganik 100% (Urea 0,45 g, KCl 0,375 g, SP-36 0,75 g) sebagai control; pupuk anorganik 50% + POP Supernasa<sup>®</sup> 5 g/L air; pupuk anorganik 50% + POP Supernasa<sup>® </sup>10g/L air; pupuk anorganik 50% + POP Supernasa<sup>®</sup> 15 g/L air; pupuk anorganik 50% + POP Supernasa<sup>®</sup> 20 g/L air; pupuk anorganik 50% + POP Supernasa<sup>®</sup> 25 g/L air. Paramater yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga 75%, jumlah bintil akar pada saat panen, berat brangkasan, jumlah polong isi, jumlah polong cipo, produksi polong kering, berat 25 butir. Hasil penelitian menunjukan semua perlakuan tidak berbeda nyata terhadap seluruh parameter yang diamati. Karena semua perlakuan tidak berbeda nyata maka sesungguhnya aplikasi dilapangan untuk petani yang lebih baik adalah perlakuan konsentrasi rendah yaitu 5 dan 10 g/L air, jika kondisi lapangan tidak jauh berbeda dengan lokasi penelitian.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p>P<em>eanuts are the third crop palawija after corn and soybeans, has long attempted to increase production in various ways, that is expansion of planting area, intensification of peanut cultivation and looking for high yielding high potential varieties. This research aims to know growth response and production of peanut plants on the addition of concentrations of organic fertilizers. Research conducted on the Desember month 2016 until March month 2017 at experimental garden Agronomy Faculty, University of Muhammadiyah Jakarta, used the Randomized Complete Block Desagn (RCBD) with six treatments that is </em><em>anorganic fertilizer (</em><em>Urea </em><em>0,</em><em>45 </em><em>g;</em><em> KCl </em><em>0,</em><em>375</em><em> g;</em><em> SP-36</em><em> 0,</em><em>75 </em><em>g) as</em><em> control</em><em>;</em><em> </em><em>50% anorganic </em><em>fertilizer </em><em>+ POP Supernasa</em><em><sup>®</sup></em><em> 5 g/</em><em>L</em><em> of water</em><em>;</em><em> </em><em>50% anorganic </em><em>fertilizer </em><em>+ POP Supernasa</em><em><sup>® </sup></em><em>10 g/</em><em>L</em><em> of water</em><em>;</em><em> </em><em>50% anorganic </em><em>fertilizer </em><em>+ POP Supernasa</em><em><sup>®</sup></em><em> 15 g</em><em>/L</em><em> of water</em><em>;</em><em> </em><em>50% anorganic </em><em>fertilizer </em><em>+ POP Supernasa</em><em><sup>®</sup></em><em> 20 g/</em><em>L</em><em> of water</em><em>;</em><em> </em><em>50% anorganic </em><em>fertilizer </em><em>+ POP Supernasa</em><em><sup>®</sup></em><em> 25 g/</em><em>L</em><em> of water. Parameters observed are plant height, branch amount, flowering age, the amount of root nodules at harvest, heavy stover, amount of contents pods, amount of empty pods, production of dried pods and weight 25 grains. The result showed that all treat ments were not significantly different from the observed parameters. Because all the treatment were not significantly different then actually the field application for better farmers is the low concentrations treatment of 5 and 10 g/</em><em>L</em><em> of water, if field conditions are not much different from the research location.</em></p> Indah Diniar Aslamiah Sularno Sularno Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 115 126 DAYA INSEKTISIDA EKSTRAK POLAR SERBUK DAUN GAMAL KULTIVAR PRINGSEWU TERHADAP KUTU PUTIH (HEMIPTERA: Pseudococcidae) PADA KAKAO https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2267 <p>Kakao merupakan tanaman penghasil coklat yang memiliki banyak manfaat. Salah satu faktor penyebab turunnya produksi kakao adalah serangan hama kutu putih (<em>Planococcus minor</em>). Hama ini menghisap buah muda, hingga buah mengering dan mati. Penggunaan insektisida sintetik sering berdampak buruk terhadap lingkungan, diperlukan insektisida alternatif dalam pengendalian hama. Gamal (<em>Gliricidia</em><em> sepium</em>) merupakan salah satu tanaman yang mengandung senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai insektisida nabati. Tujuan penelitian untuk mengetahui daya insektisida isolat murni serbuk daun gamal yang efektif dalam mematikan hama kutu putih pada buah kakao. Penelitian ini telah dilaksanakan bulan Januari - Mei yang merupakan bagian dari Penelitian Berbasis Kompetensi DRPM DIKTI tahun Anggaran 2017 di Laboratorium Zoologi dan Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi, Universitas Lampung. Dengan cara isolasi senyawa flavonoid dari serbuk daun gamal, dan bioassay. Ekstraksi dilakukan dengan maserasi bertingkat diawali dari pelarut non polar (heksan &amp; DCM) dan diakhiri pelarut polar (metanol &amp; air). Bioassay dilakukan terhadap kutu putih <em>P. minor</em> pada buah kakao yang sudah direndam dalam ekstrak polar serbuk daun gamal pada tingkatan konsentrasi 0%; 0.015%; 0.030%; 0.045%; dan 0.060% dengan 3 kali ulangan. Mortalitas kutu putih diamati pada 12, 24, 48 dan 72 jam setelah perlakuan. Nilai LC<sub>50</sub> dan LT<sub>50</sub>ditentukan dengan analisis probit. Struktur senyawa toksik dianalisis dengan spektrofotometri ultraviolet tampak (UV-Vis). Diperoleh hasil; ekstrak metanol dan ekstrak air serbuk daun gamal memiliki daya toksik terhadap kutu putih (<em>P. minor</em>) pada tanaman kakao. Estrak air lebih toksik dibandingkan ekstrak metanol karena memiliki nilai LC<sub>50,72jam</sub> lebih rendah dari ekstrak metanol (0.047% : 0.054%). Senyawa toksik berupa flavonoid golongan flavon dengan struktur senyawa 2-fenil-1,4-benzopiron.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><em>Cocoa is one of the important crops, which has many beneficials. Cacao mealybug (P. minor) is one important pest that decreasing productivity of cocoa. The pest attacks the young cacao fruits, by sucking them until dry and die. Using synthetic insecticide could harmful the environment, therefore alternative insecticide is needed. Gamal (G. sepium) leaves consist of rich flavonoid compound that potencies as natural insecticide. The purpose of the study to know the affectivity of purified isolate of powder leaf G. sepium to cacao mealybugs. The study was done during Januari – May, and funded by DRPM-DIKTI 2017, at Zoology Laboratory and Integrated and Technology Innovations Centre Laboratory, University of Lampung. The powder leaves of Gamal were extracted by using various organic solvents (n-hexane, dichloromethane, methanol and water). A set of laboratory experiment was conducted to test the toxicity of the polar extracts by bioassay. Five different concentrations of the polar extracts (0%; 0.015%; 0.030%; 0.045%; and 0.060%) with each of 3 replications were tested to cacao mealybugs mortality. Mortality observed at 12, 24, 48, and 72 hours after treatment. Probit analysis was conducted to obtain LC<sub>50</sub> and LT<sub>50</sub> ultraviolet-visible spectrophotometry (UV-Vis)</em><strong> </strong><em>was used to analyze the structure of the toxics compound. The results indicated the water and methanol extracts were toxic to cacao mealybugs (P. minor) with LC<sub>50,72 hours</sub> 0.047% and 0.054%. Water extract more toxic than methanol extract. The toxic compound of the both extracs is flavon with the structural frame is 2-phenyl-1,4-benzopiron</em> Nismah Nukmal Ratih Andriyani Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 127 137 PENGARUH PERLAKUAN SITOKININ TERHADAP PERTUMBUHAN IN VITRO TALAS DIPLOID PONTIANAK DAN TALAS TRIPLOID BOLANG HITAM https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2268 <p>Keragaman genetik talas (<em>Colocasia esculenta</em> L. (Schott.)) Indonesia salah satunya ditunjukkan oleh tingkat ploidinya yang beragam diantaranya diploid dan triploid. Talas Pontianak merupakan talas diploid yang memiliki keunggulan rasa enak dan umbi besar, sedangkan talas Bolang Hitam termasuk talas triploid yang memiliki umbi besar dan terdapat bercak atau garis berwarna hitam. Penggunaan teknik kultur jaringan dalam penyediaan bibit bermutu dan bebas penyakit diperlukan untuk produksi bibit, konservasi maupun pemuliaan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan sitokinin (kinetin dan BAP) terhadap pertumbuhan <em>in vitro </em>talas diploid Pontianak dan talas triploid Bolang Hitam. Konfirmasi tingkat ploidi dilakukan dengan menggunakan flowsitometer, sedangkan perbanyakan tunas dilakukan dengan perlakuan kinetin konsentrasi 0; 0.5; 1; 2; dan 4 mg.L<sup>-1</sup>. Sebagai pembanding adalah media perbanyakan tunas talas terbaik dari penelitian sebelumnya yaitu BAP 2 mg.L<sup>-1</sup> + tiamin 1 mg.L<sup>-1</sup> + adenin 2 mg.L<sup>-1</sup>. Pengamatan dilakukan setiap minggu terhadap jumlah tunas anakan, panjang petiol, jumlah daun dan jumlah akar. Aklimatisasi planlet dilakukan pada media campuran tanah, cocopeat dan sekam bakar dengan perbandingan 2:1:1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan talas Pontianak pada media perlakuan kinetin 2 mg.L<sup>-1</sup> menghasilkan rata-rata jumlah tunas anakan terbanyak. Perlakuan kinetin 0.5; 1 mg.L<sup>-1</sup>; dan MS0 menghasilkan petiol lebih panjang, jumlah daun dan akar lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya. Talas Bolang Hitam tidak membentuk anakan pada semua perlakuan kinetin. Perlakuan kinetin 0.5 dan 1 mg.L<sup>-1</sup> menghasilkan petiol lebih panjang dibandingkan perlakuan lainnya. Rata-rata jumlah daun pada semua perlakuan berkisar antara 3.17 – 4.50 sedangkan rata-rata jumlah akar tertinggi diperoleh pada perlakuan kinetin 0.5 mg.L<sup>-1</sup>. Perlakuan BAP 2 mg.L<sup>-1</sup> + tiamin 1 mg.L<sup>-1</sup> + adenin 2 mg.L<sup>-1</sup> meningkatkan pertumbuhan talas diploid maupun triploid. Pengamatan aklimatisasi sampai umur 4 minggu menunjukkan persentase hidup planlet talas Pontianak sebesar 6.67%, sedangkan pada talas Bolang Hitam semua planlet masih bertahan hidup.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><em>Genetic diversity of Indonesian taro (Colocasia esculenta L. (Schott.)) can be recognized by diversity of ploidy levels such as diploid and triploid plants. Taro cultivar Pontianak is diploid having good taste and big corm. Taro cultivar Bolang Hitam is triploid having big corm too and black spots or stripes on its corm. The use of tissue culture technique is important to produce qualified and diseases-free seedlings useful for conservation and breeding. The research was aimed to investigate the effects of cytokinin (kinetin and BAP) on in vitro growth of diploid taro (cv. Pontianak) and triploid taro (cv. Bolang Hitam). Confirmation of the ploidy level was done by flowcytometer. Experiment of shoot multiplication was performed by kinetin at 0; 0.5; 1; 2; and 4 mg.L<sup>-1</sup>. As a comparison was the best taro shoot multiplication medium from previous research BAP 2 mg.L<sup>-1</sup> + thiamine 1 mg.L<sup>-1</sup> + adenine 2 mg.L<sup>-1</sup>. Observation was recorded weekly on the number of shoots, petiole length, number of leaves and roots. The plantlet acclimatization was done on soil, coco peat and husk with 2:1:1 ratio. The results showed that growth of taro Pontianak on 2 mg.L<sup>-1</sup> kinetin had the highest number of shoots. Whereas, on 0.5; 1 mg.L<sup>-1</sup> kinetin; and MS0 had longer petiole, more leaves and roots than other treatments. Taro cv. Bolang Hitam did not form shoots on all kinetin concentrations. Kinetin at 0.5 and 1 mg.L<sup>-1</sup> gave longer petiole grown on all kinetin treatments. The average number of leaves at all treatments ranged from 3.17 to 4.50 while the highest average root count was obtained on the kinetin 0.5 mg.L<sup>-1</sup> treatment. Treatment with BAP 2 mg.L<sup>-1</sup> + thiamine 1 mg.L<sup>-1</sup> + adenine 2 mg.L<sup>-1</sup> increased growth of diploid or triploid taro. Acclimatization until 4 weeks old showed the percentage of survival plantlet cultivar Pontianak was 6.67%, while on cultivar Bolang Hitam all plantlet still survive.</em> Aida Wulansari Dyah Retno Wulandari Laela Sari Tri Muji Ermayanti Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 138 146 ANALISIS PENDAPATAN PENGRAJIN ANYAMAN TIKAR PURUN DI DESA TANJUNG ATAP KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2269 <p>Penelitian ini bertujuan: (1) memberikan informasi bagaimana proses pembuatan anyaman tikar purun dan (2) menganalisis pendapatan para pengrajin tikar purun di Desa Tanjung Atap, Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung dilapangan dengan cara survei dan wawancara langsung dilapangan dengan petani contoh menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. Data sekunder didapat dari berbagai lembaga dan instansi yang berkaitan dengan penelitian ini dan literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Penarikan contoh di Desa Tanjung Atap Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir dilakukan secara sederhana (<em>Simple Random Sampling</em>). Data yang diperoleh dari hasil survei dilapangan akan dikumpulkan dan diolah secara sistematis dan selanjutnya akan dianalisa secara deskriptif. Produksi anyaman tikar purun sebanyak 100 helai/tahun dengan harga jual rata-rata adalah Rp. 25.000 per helai sehingga rata-rata penerimaan yang didapat selama satu tahun sebesar Rp. 2.500.000 per tahun. Rata-rata biaya variabel dan biaya tetap sebesar Rp. 269.667 dan Rp. 64.111,<strong> </strong>sehingga petani mendapatkan pendapatan bersih dari usahatani sebesar Rp. 2.166.222 per tahun.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong><em></em></p><em>The objectives of this research are: (1) to give information about the process of making mat woven purun and (2) to analyze the income of the craftsmen of purun mat in Tanjung Atap Village, Ogan Ilir Regency South Sumatera. Data collected in this research are primary data and secondary data. Primary data obtained directly in the field by way of direct survey and field interviews with sample farmers using a list of questions that have been prepared. Secondary data are obtained from various institutions and agencies relating to this study and the literature relating to this research. Sampling in Tanjung Atap Village, Tanjung Batu Subdistrict, Ogan Ilir Regency is done by simple (Simple Random Sampling). Data obtained from the field survey results will be collected and processed systematically and will then be analyzed descriptively. Production of woven purun mat as much as 100 pieces per year with average selling price is Rp. 25.000 per piece so that the average revenue earned during one year amounted to Rp. 2.500.000 per year. With an average variable cost and a flat fee of Rp. 269.667 and Rp. 64.111 so that farmers get net income from farming of Rp. 2.166.222 per year.</em> Eka Mulyana Elly Rosana Dewi Paramita Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 147 154 RESPON TANAMAN TERONG (Solanum malongena L.) TERHADAP INTERVAL PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN INTERVAL WAKTU YANG BERBEDA https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2270 <p>Prospek Tanaman terong sangat berpotensi untuk dibudidayakan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sayuran. Pada sisi lain, masalah kesuburan lahan menjadi kendala dalam budidaya terong. Pengunaan pupuk organik cair merupakan upaya mengembalikan tingkat kualitas tanah yang digunakan dalam budidaya tanaman pertanian. Penelitian bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan vegetatif dan produksi tanaman terong pada berbagai pemberian pupuk organik cair dengan interval yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 sampai Maret 2017, bertempat di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang berada ±25 m di atas permukaan laut (dpl) dengan jenis tanah Latosol. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT), dengan perlakuan interval P0 (Tanpa POC), P1 (interval pemberian 3 hari), P2 (interval pemberian 5 hari), P3 (interval pemberian 7 hari), dan P4 (interval pemberian 9 hari). Setiap perlakuan diulang 5 kali sehingga terdapat 25 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 3 tanaman, sehingga jumlah tanaman yang diteliti sebanyak 75 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan interval pemberian 7 hari, sedangkan daun terbanyak, daun terlebar, umur berbunga tercepat, diameter buah terbesar, dan buah terpanjang ditunjukkan oleh perlakuan interval pemberian 3 hari.buah terbanyak per tanaman, buah terberat per tanaman dan rata-rata buah terberat ditunjukkan oleh perlakuan interval pemberian 5 hari.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>Eggplant have a potential prospect to be developed in order to fulfill the needs of vegetables. In the other hand, the problem of soil fertility becomes an obstacle in eggplant cultivation. The use of liquid organic fertilizer is an effort to restore the level of soil quality to gain cultivation of agricultural crops. The aim of this research is to know the vegetative growth and eggplant production in various application of liquid organic fertilizer at different interval. The research was conducted in December 2016 until March 2017, located at the Experimental Garden of the Faculty of Agriculture of University Muhammadiyah of Jakarta, which is located at 25 meters above sea level (asl) with Latosol soil type. </em><em>T</em><em>his research used the Randomized Complete Block Design (R</em><em>F</em><em>CB</em><em>D</em><em>), with the interval treatment of Liquid Organic Fertilizer, among others P0 (Without POC), P1 (interval of 3 days), P2 (interval of 5 days ), P3 (interval of 7 days), and P4 (interval of 9 days). Each treatment was repeated 5 times so there were 25 experimental units. Each experimental unit consists of 3 plants, so the number of plants examined as many as 75 plants. The results showed the heighter plant was indicated by treatment of interval of 7 days, while the most number of leaf, the widest leaf, the fastest of flowering age, the widest fruit diameter, and the longer fruit were indicated by treatment of interval of 3 days. the most amount of fruit, the heaviest fruit and the average of weight of fruit was showed by treatment of interval of 5 days.</em></p> Sahri Muldiana Rosdiana Rosdiana Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 155 162 EFISIENSI PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR UNTUK MENGURANGI PENGGUNAAN NPK TERHADAP TANAMAN CABAI MERAH BESAR https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2271 <p>Cabai sebagai komoditi sayuran mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan jenis sayuran lainnya. Pada umumnya, cabai dikonsumsi atau diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk bahan penyedap berbagai macam masakan, antara lain sebagai sambal dan saus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efisiensi pemberian pupuk organik cair (POC) untuk mengurangi penggunaan NPK terhadap tanaman cabai merah besar. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai bulan Maret 2017 di Kebun Percobaan dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan lima perlakuan POC, yaitu NPK 100% (3,5 g per tanaman) sebagai kontrol; NPK 75% (2,62 g per tanaman) + POC 50 ml per tanaman; NPK 75% (2,62 g per tanaman) + POC 100 ml per tanaman; NPK 75% (2,62 g per tanaman) + POC 150 ml per tanaman; dan NPK 75% (2,62 g per tanaman) + POC 200 ml per tanaman. Paramater yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang<strong>, </strong>umur berbunga, umur panen, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, bobot perbuah, panjang buah, dan diameter buah. Perlakuan kontrol memberikan hasil yang tinggi untuk tinggi tanaman, diameter batang, umur panen, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman. Perlakuan Pupuk NPK 75% + POC 150 ml per tanaman memberikan hasil yang tinggi untuk diameter buah. Sedangkan perlakuan pupuk NPK 75% + POC 200 ml per tanaman memberikan hasil yang tinggi untuk umur berbunga, bobot perbuah, dan panjang buah.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><em>Chili as a vegetable commodity has a high economic value compared to other vegetables. In general, chili is consumed or required by all levels of society for ingredients of various cuisines, such as </em>sambal<em> and sauce. This study aims to determine the effect of efficiency of organic liquid fertilizer (POC) to reduce the use of NPK to large red pepper plants. The study was conducted in November 2016 until March 2017 in the Experimental Garden and Laboratory of the Faculty of Agriculture, University of Muhammadiyah Jakarta. The study used the Randomized Complete Block Design (RCBD) with five POC treatments, ie NPK fertilizer 100% (3.5 g</em><em> per plant) as control, NPK fertilizer 75% (2.62 g per plant) + POC 50 ml per plant, NPK fertilizer 75% (2.62 g per plant) + POC 100 ml per plant, NPK fertilizer 75% (2.62 g per plant) + POC 150 ml per plant, and NPK fertilizer 75% (2.62 g per plant) + POC 200 ml per plant. The parameters observed were plant height, stem diameter, flowering age, harvest age, number of fruit crops, fruit crop weight, fruit weight, fruit length, and fruit diameter. The control treatment gave a high yield for plant height, stem diameter, harvest age, number of fruit crops, and fruit crop weight. Treatment NPK fertilizer 75% + POC 150 ml per plant gives high yield for fruit diameter. While the treatment of NPK fertilizer 75% + POC 200 ml per plant gives high yield for flowering age, weight of fruit, and fruit length.</em> Irfan Habibi Elfarisna Elfarisna Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 163 172 PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI EMPON-EMPON DI DESA MIRI KECAMATAN KISMANTORO, KABUPATEN WONOGIRI https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2272 <p>Tanaman empon-empon saat ini kian menjanjikan keuntungan, karena permintaan komoditas empon-empon terus meningkat dari waktu ke waktu. Empon-empon biasanya sebagai bahan baku untuk jamu tradisional dan obat herbal, selain itu juga dapat digunakan untuk tanaman obat dan bahan untuk kosmetik. Tanaman empon-empon sebagai salah satu tanaman andalan bagi kelompok wanita tani Ngudi Waras dan Berkah Mandiri<strong> </strong>di desa Miri, Kecamatan Kismantoro selama ini belum dikembangkan potensinya secara optimal. Kedua kelompok wanita tani tersebut dapat panen empon-empon sekitar 7 sampai dengan 15 ton per pasaran setiap 5 hari sekali yang dijual ke tengkulak dalam bentuk empon-empon basah dengan harga yang sangat rendah, kunyit Rp 600 per kg, jahe Rp 6.000 per kg, kencur Rp 2.000 per kg, temu lawak Rp 2.000 per kg, dan kunyit putih Rp 2.000 per kg. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk: (1) mengolah empon-empon menjadi simplisia dengan introduksi alat tepat guna (mesin perajang dan pengering); (2) pelatihan pembuatan permen herbal; (3) manajemen pemasaran simplisia; dan (4) pendampingan untuk pelatihan penggunaan alat, pelatihan manajemen (fungsi kelompok, dinamika kelompok, administrasi kelompok, motivasi kelompok, kewirausahaan).</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><em>Nowday, spices brings much benefit because of the continuous increase of its commodity demand from time to time. The tuber materials are usually used as raw materials in making traditional herbs drink or medicinal herbs, medicinal plans and materials for cosmetic. All this time, tuber as one of potential plants for the female farmer group in the area of Ngudi Waras and Berkah Mandiri, Miri Village, Kismantoro Subdistrict, District of Wonogiri are not developed optimaly yet. Each female farmer group can reach harvest as mush as 7 until 15 ton per market in every 5 days and they were sold to the broker in form of wet tuber with low price, namely turmeric is Rp 600 per kg, gingger is Rp 6.000 per kg, and greater galingale is Rp 2.000 per kg. It needs to take a variety efforts for overcome these problems. The purpose of this activities are to: (1) process the tubers into simplicia trough the introduction of appropriate tools (chopper and dryer machine); (3) marketing management of simplicia; and (4) facilitting and training in the use of tools, management training (group functions, group dynamics, group administration, group motivation, and entrepreneurship).</em> Suminah Suminah Arip Wijianto Hanifah Ihsaniyati Eksa Rusdiyana Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 173 183 PERTUMBUHAN KULTUR TUNAS Dahlia sp. PADA MEDIA MS DENGAN PENGURANGAN KADAR GULA DAN TUTUP TABUNG BERVENTILASI https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2273 <p><em>Dahlia</em> sp. merupakan tanaman hias yang menghasilkan umbi mengandung inulin yang bermanfaat sebagai antioksidan. Kultur jaringan tanaman diaplikasikan untuk menghasilkan bibit dahlia yang seragam, dalam waktu relatif singkat, dan tidak dipengaruhi musim. Modifikasi media dan lingkungan <em>in vitro </em>sering dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketegaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengurangan konsentrasi gula dan ventilasi pada tutup tabung kultur terhadap pertumbuhan tunas <em>Dahlia</em> sp. secara <em>in vitr</em><em>o.</em> Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap faktorial dengan faktor yang diuji yakni gula dengan konsentrasi 10, 20 dan 30 g/l yang dikombinasikan dengan ventilasi tutup tabung berupa filter berjumlah 0, 1, 2 dan 4. Percobaan mempunyai 12 ulangan. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas samping serta jumlah akar, diamati 2 kali seminggu dari umur 0 – 4 minggu. Pengukuran diameter batang, bobot basah dan bobot kering dilakukan pada umur 4 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi gula berpengaruh terhadap jumlah tunas samping sedangkan jumlah ventilasi filter berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Tidak terdapat interaksi antara 2 faktor yang diujikan. Pada umur 4 minggu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah tunas samping serta jumlah akar yang tinggi terdapat pada perlakuan tanpa filter yang dikombinasikan dengan 10 dan 20 g/l gula, sedangkan terendah terdapat pada perlakuan ventilasi 4 filter yang dikombinasikan dengan 30 g/l gula. Pada perlakuan ventilasi 2 filter yang dikombinasikan dengan 20 g/l gula menghasilkan diameter batang tertinggi, berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, pada perlakuan ini juga menghasilkan bobot basah dan bobot kering yang lebih tinggi.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>Dahlia sp. is an ornamental plant produc</em><em>ing</em><em> tubers containing inulin </em><em>useful as</em><em> antioxidant. Plant tissue culture</em><em> technique</em><em> </em><em>is commonly</em><em> applied to produce unvaried dahlia shoots</em><em>in</em><em>, </em><em>relatively short time</em><em>, and season</em><em> independent</em><em>. Modification on in vitro medium and environmental condition </em><em>is </em><em>us</em><em>ually</em><em> </em><em>done to promote shoots growth and </em><em>performance</em><em>. The aim of this research was to </em><em>investigate</em><em> </em><em>the effect of sugar concentration reduction in combination with </em><em>ventilation of</em><em> vessel </em><em>culture </em><em>on in vitro shoots growth of Dahlia sp. The experiment design was factorial completely randomized design with factors tested were sugar concentrations at 10, 20 and 30 g/l in combination with 0, 1, 2 and 4 number of filter</em><em>s</em><em>. The experiment had 12 replicat</em><em>es</em><em>. Variables tested were height</em><em> od shoots</em><em>, number of leaves, number of shoots and number of roots which observed </em><em>twice</em><em> a week from 0-4 weeks after culture. Shoots diameter, shoots weight and dry weight of Dahlia </em><em>was </em><em>observed 4 weeks after culture. The results showed that sugar concentration significantly </em><em>a</em><em>ffect</em><em>ed</em><em> </em><em>the number of shoots</em><em>,</em><em> </em><em>otherwise number of filter significantly </em><em>a</em><em>ffect</em><em>ed</em><em> plant height and number of leaves. There </em><em>was</em><em>s no interaction between the 2 factors tested. </em><em>Four</em><em> weeks after culture, the highest plant height, number of leaves, number of shoots and number of roots were found on medium containing 10 and 20 g/l sugar without </em><em>ventilated </em><em>filter. On the otherhand</em><em>,</em><em> </em><em>the lowest value </em><em>was </em><em>found on medium containing 30 g/l sugar in combination with 4 filter</em><em>s</em><em>. On medium containing 20 g/l sugar in combination with 2 filter</em><em>s</em><em> </em><em>produce</em><em>d</em><em> </em><em>highest diameter of shoots, significantly different with other</em><em> treatments.</em><em> </em><em>T</em><em>his treatment also produce</em><em>d</em><em> </em><em>higher shoots weight and dry weight.</em><em></em></p> Rudiyanto Rudiyanto Dyah Retno Wulandari Tri Muji Ermayanti Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 184 195 PENGARUH FORMULA PUPUK HAYATI TERHADAP KADAR N-TOTAL, SERAPAN P, DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2274 <p>Penggunaan pupuk hayati untuk meningkatkan tanaman harus terus ditingkatkan untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jonggol, Bogor, Jawa Barat dari bulan Oktober 2010 sampai Maret 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah menguji efektivitas pupuk hayati untuk produksi jagung (<em>Zea mays </em>L.) juga untuk mengetahui pengaruhnya pada Nitrogen dan P tanaman. Rancangan Acak Kelompok (RAK) digunakan dalam penelitian ini dengan enam perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah: K = kontrol tanpa pupuk kimia dan tanpa inokulasi; R = pupuk rekomendasi (NPK) tanpa diinokulasi; A = diinokulasi dengan <em>Azotobacter vinelandii</em> + pupuk <sup>1</sup>/<sub>2</sub> NPK; B = diinokulasi dengan <em>Bacillus cereus</em> + <sup>1</sup>/<sub>2</sub> NPK; C = diinokulasi dengan <em>Bacillus megantherium </em>+ <sup>1</sup>/<sub>2</sub> NPK; dan ABC = kombinasi dari <em>Azotobacter vinelandii + Bacillus cereus + Bacillus megantherium</em> + <sup>1</sup>/<sub>2</sub> NPK. Bahan pembawa berupa gambut telah diradiasi dengan sinar gamma pada dosis 50 kGy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati ABC memberikan hasil tertinggi terhadap serapan N, serapan P, tinggi tanaman, dan berat kering tongkol jagung.</p><p align="center"><strong>ABSTRACT</strong></p><em>The application of biofertilizers on sub-optimal land to improve crops has to be increased to reduce chemical fertilizers. The study was conducted in District Jonggol Bogor West Java from October 2010 to March 2011. The objectives of these research were to test the effectiveness of isolates for corn (Zea mays L.) production and to investigate the influence of each isolates on total Nitrogen and P uptake for the plant. Randomized Block Design (RBD) was used in this experiment with six treatments and three replicates. The Treatment were: K = control without NPK fertilizer and uninoculated; R = Full chemical fertilizer (NPK) without inoculated; A = inoculated with Azotobacter vinelandii + <sup>1</sup>/<sub>2</sub> NPK fertilizer; B = inoculated with Bacillus cereus + <sup>1</sup>/<sub>2</sub> NPK fertilizer, C = inoculated with Bacillus megantherium +<sup>1</sup>/<sub>2</sub> NPK fertilizer; and ABC = combination of A + B + C +<sup>1</sup>/<sub>2</sub> NPK fertilizer. Peat Carrier has been irradiated with gamma rays at a dose of 50 kGy. The result showed that application of ABC gave the highest results on N, P Uptake, plant height, and dry weight of corn cobs.</em> Taufiq Bachtiar Ania Citraresmini Sudono Slamet Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 196 203 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI VARIETAS GROBOGAN DENGAN PENAMBAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PENGURANGAN DOSIS PUPUK ANORGANIK https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2276 <p>Kedelai (<em>Glycine max</em> L.) merupakan salah satu komoditas pangan utama di Indonesia. Kedelai memiliki banyak produk-produk olahan yang menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat seperti tempe, tahu, kecap, dan tauco. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi kedelai varietas Grobogan dengan penambahan pupuk organik cair (POC). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 - Maret 2017 di kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta, menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan lima perlakuan: P0 (pupuk anorganik 100%); P1 (Multitonik® 50 ml/tanaman + pupuk anorganik 50%); P2 (Multitonik® 100 ml/tanaman + pupuk anorganik 50%); P3 (Multitonik® 150 ml/tanaman + pupuk anorganik 50%); dan P4 (Multitonik® 200 ml/tanaman + pupuk anorganik 50%). Pupuk cair organik cair yang digunakan adalah Multitonik®, sedangkan dosis pupuk anorganik yang digunakan yaitu: Urea 0,38 g/tanaman; SP36 0,5 g/tanaman; dan KCl 0,5 g/tanaman. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, jumlah polong per tanaman, persentase polong bernas, berat kering biji dan berat 100 biji. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan pupuk anorganik 100% tanpa penambahan pupuk organik cair memberikan hasil tercepat pada umur berbunga. Penggunaan dosis pupuk organik cair 150 ml + pupuk anorganik 50% memberikan nilai tertinggi untuk tinggi tanaman, jumlah polong dan berat 100 biji, sedangkan untuk penambahan dosis pupuk organik cair 200 ml + pupuk anorganik 50% memberikan nilai tertinggi untuk jumlah cabang, persentase polong bernas dan berat kering biji. Penggunaan dosis pupuk organik cair 150 ml + pupuk anorganik 50% dinyatakan sebagai perlakuan terbaik untuk tanaman kedelai.</p><p align="center"><strong><em>A</em></strong><strong><em>B</em></strong><strong><em>STRACT</em></strong></p><em>Soybean (Glycine max L.) is one of the main food commodities in Indonesia. Soybean has many processed to be many products that become the daily needs of the community such as tempe, tofu, soy sauce, and tauco. This study aims to determine response of the growth and production of soybean Grobogan varieties with the addition of liquid organic fertilizer. This research was conducted in December 2016 until March 2017 in experimental field of Faculty of Agriculture, University of Muhammadiyah Jakarta, using Randomized Complete Block Design (RCBD) with five treatments. P0 (100% inorganic fertilizer); P1 (50 ml/plant Multitonik® + 50% inorganic fertilizer); P2 (100 ml/plant Multitonik®+ 50% inorganic fertilizer); P3 (150 ml/plant Multitonik® + 50% inorganic fertilizer); and P4 (200 ml/plant Multitonik® + 50% inorganic fertilizer). Liquid organic fertilizer used was Multitonik® and the dose of inorganic fertilizer used were 0,38 g/plant Urea; 0,5 g/plant SP36; and 0,5 g/plant KCl. The parameters observed were plant height, number of branches, flowering age, number of pods per plant, percentage of pods, dry weight of seed and weight of 100 seeds. The results of this study showed that the use of inorganic fertilizer 100% without the addition of liquid organic fertilizer gives fast results at flowering age. Addition of 150 ml/plant liquid organic fertilizer + 50% inorganic fertilizer have highest values for plant height, number of pods and weight 100 seeds. Whereas for addition of 200 ml/plant liquid organic fertilizer + 50% inorganic fertilizer give highest value for the number of branches, the percentage of pods and dry weight of seeds. The Addition of 150 ml/plant liquid organic fertilizer + 50% inorganic fertilizer was expressed as the best treatment for soybean crop.</em> Amelinda Puspitasari Elfarisna Elfarisna Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 204 212 PENGARUH PUPUK ANORGANIK DAN PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PH, N-TOTAL, C-ORGANIK, DAN HASIL PAKCOY PADA INCEPTISOLS https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2277 <p>Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan terjadinya penurunan kualitas tanah dan hasil panen. Pupuk organik cair memiliki unsur hara yang lengkap dan cepat tersedia serta mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pupuk anorganik dan pupuk organik cair terhadap pH, C-organik, N-total, dan hasil pakcoy (<em>Brassica chinensis</em> L) pada Inceptisols. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan sembilan perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan Kontrol, ¼, ½, ¾, 1, 1¼, 1½ NPK dan 1 POC, dosis 1 NPK rekomendasi yaitu 2 g per tanaman dan 1 POC yaitu 0.03 ml per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk anorganik dan POC memberikan pengaruh pH dan hasil tanaman, tetapi tidak berpengaruh terhadap N-total dan C-organik tanah. Perlakuan 1 NPK (2 g per tanaman) dan 1 POC (0.03 ml per tanaman) memberikan hasil terbaik yaitu 168.33 g per tanaman.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><em>The application of chemical fertilizer continuously will caused decreasing in soil quality and crop yield. Liquid organic fertilizer has complete nutrients and quickly available can to reduce the use of chemical fertilizer. The research was conducted to find out the effect of combination liquid organic fertilizer and NPK fertilizer on pH, total-N, organic-C, and yield of Pakchoy (Brassica chinensis L) on Inceptisols. The experiment conducted using a Randomized Block Design with nine treatments and three replications. Treatments control, ¼, ½, ¾, 1, 1¼, 1½ NPK dan 1 liquid organic fertilizer, with 1 dose of NPK recommendation that in 2 g per plant and 1 dose liquid organic fertilizer that is 0,03 ml per plant. The result of this research showed that NPK fertilizer and liquid organic fertilizer gave effect on pH crop yield but did not give effect on total-N, organic-C soil’s. The treatment 1 liquid organic fertilizer (0.03 ml per plant) and 1 dose of NPK (2 g per plant) gave the best effect on yield of pakchoy with 168.33 g per plant.</em> Anni Yuniarti Abraham Suriadikusumah Julfri Unedo Gultom Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 213 219 EFEKTIVITAS KONSENTRASI PUPUK CAIR HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH Oryza sativa L. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2278 <p>Konsumsi makanan organik saat ini menjadi kecenderungan dalam beberapa tahun terakhir. Namun produksi beras organik belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat. Beras organik sangat diminati karena beras organik tidak hanya memiliki kualitas rasa yang enak, melainkan juga menyehatkan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektivitas konsenterasi pupuk cair hayati terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi sawah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2017 di Kebun Percobaan dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penelitian dilakukan menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan 5 perlakuan yaitu: NPK 100% (1,5 g)(kontrol)<strong>, </strong>Pupuk Cair Hayati 1 ml/l, Pupuk Cair Hayati 2 ml/l, Pupuk Cair Hayati 3 ml/l, dan Pupuk Cair Hayati 4 ml/l. Pemberian pupuk cair hayati tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang malai, bobot gabah basah per tanaman, bobot gabah kering per tanaman, dan persentase gabah isi; tetapi berpengaruh nyata terhadap, jumlah gabah per malai, dan jumlah anakan produktif; serta berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga, jumlah anakan. Perlakuan kontrol memberikan hasil yang tinggi untuk tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah anakan produktif, jumlah gabah permalai, bobot gabah basah, bobot gabah kering, dan bobot 1000 butir. Perlakuan Pupuk Cair Hayati 2 ml/l air memberikan angka yang tinggi pada panjang malai dan persentase gabah isi.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><em>Consumption of organic food is a trend in recent years. but, organic rice production has not been able to fulfill the needs of the people. organic rice was so liked because organic rice not only has a good taste quality, but also healthy. This study aims was to determine the effectiveness of bio-fertilizer consentation on the growth and production of rice crops. The study was conducted from January to May 2017 at the Experimental Garden and Laboratory of the Faculty of Agriculture, University Muhammadiyah of Jakarta. The experiment was conducted using the Randomized Complete Block Design Method (RCBD) with 5 treatments, namely: NPK 100 % (1,5 g) without Biomedical Fertilizer (control), Liquid Fertilizer 1 ml/l, Liquid Liquid Fertilizer 2 ml/l, Liquid Fertilizer 3 ml/l, and Liquid Fertilizer 4 ml/l. Liquid fertilizer have not significant effect to plant height, panicle length, wet grain weight of cropping, dry weight of cropping, and percentage of grain contents; but it’s have a significant effect on the number of grain of permalai, and number of productive tillers; and very significant effect on flowering age, number of tillers. The control treatment gives high yield for plant height, number of tillers, number of productive tillers, number of grain of proboscis, weight of wet grain, weight of dry grain, and 1000 grain weight. Treatment of 2 ml/l biofertilizer have a high number of panicle length and percentage of grain content.</em> Ade Tri Sasminto Sularno Sularno Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 220 228 MULTIPLIKASI TUNAS KULTUR UBI KAYU DENGAN TEKNIK SAMBUNG PUCUK (GRAFTING) IN VITRO https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2279 <p>Mikrografting <em>in vitro </em>adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang dilakukan secara aseptik dengan teknik kultur sebelum menggabungkan keunggulan batang bawah dan daun tanaman. Perbanyakan ubi kayu secara konvensional, sebagai salah satu makanan pokok penting di dunia, memiliki keterbatasan karena ketergantungannya terhadap waktu dan musim. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan metode yang tepat dan efektif untuk mikrografting singkong <em>in vitro</em>. Dua genotipe singkong yaitu varietas Adira 4 dan genotipe Gebang digunakan sebagai sumber batang bawah dan daun dengan melakukan sayatan V secara aseptik. Eksplan dikultur pada media Murashige Skoog (MS0) tanpa zat pengatur tumbuh dalam dua bentuk media yang berbeda yaitu medium cair dan medium padat. Setiap media perlakuan terdiri dari satu tanaman sambung pucuk <em>in vitro</em> dengan dua ulangan pada masing-masing kombinasi. Parameter pertumbuhan termasuk tingkat kelangsungan hidup tunas sambung pucuk, jumlah daun dan tinggi tunas serta panjang akar batang bawah telah diamati secara intensif per minggu selama 11 minggu. Aklimatisasi tanaman sambung pucuk dilakukan pada medium yang terdiri dari tanah: kompos: pasir (1:1:1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tunas sambung pucuk pada media MS padat dan cair diperoleh 33,3%. Kinerja pertumbuhan terbaik diperoleh pada tanaman sambung pucuk yang dikultur di media cair, yang dapat dilihat dari semua parameter yang diamati. Tanaman sambung pucuk menunjukkan 100% bertahan hidup setelah di aklimatisasi di rumah kaca. Penelitian ini menunjukkan keberhasilan kali pertama dalam teknik sambung pucuk <em>in vitro </em>dengan menggunakan berbagai bentuk media kultur, walaupun keefektifan metode ini harus ditingkatkan lebih lanjut.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><em>In vitro micrographing is one of the vegetative propagation techniques performed aseptically with culture techniques before combining the benefits of rootstock and plant leaves. Conventional propagation of cassava, as one of the most important staples in the world, has its limitations due to its dependence on time and seasons. The purpose of this study was to determine the appropriate and effective method for cassava micrografting in vitro. Two cassava genotypes of Adira 4 and Gebang genotypes were used as rootstock and leaf sources by performing an aseptic V incision. Eksplan was cultured on Skoog Murashige (MS0) medium without growth regulator in two different media form ie medium medium and solid liquid. Each treatment medium consisted of one shoot in vitro plant with two replicates in each combination. Growth parameters including shoot spawning survival rate, leaf number and shoot height and root root length were observed intensively per week for 11 weeks. The acclimatization of shoot grafting is done on a medium consisting of soil: compost: sand (1: 1: 1). The results showed that the percentage of bud shoots on MS medium solid and liquid obtained 33.3%. The best growth performance was obtained in shoots plant cultured in liquid medium, which can be seen from all parameters observed. Buddy shoot plants show 100% survival after acclimatization in greenhouses. This study demonstrates first-time success in in vitro shoot connect technique using various forms of culture media, although the effectiveness of this method should be further improved.</em> Nurhamidar Rahman Hani Fitriani N. Sri Hartati Enny Soedarmonowati Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 229 236 PENGARUH BENZILAMINOPURIN DENGAN PENAMBAHAN KNO3 PADA MULTIPLIKASI TUNAS Colocasia esculenta (L.) Schott VAR. Antiquorum https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2280 <p>Talas satoimo merupakan makanan sumber karbohidrat, kebutuhannya melebihi kapasitas produksi sehingga memiliki peluang besar di pasaran. Perbanyakan tunas memberikan alternatif untuk memenuhi tuntutan pasar. Melalui penggunaan benzilaminopurin dan kombinasi KNO<sub>3 </sub>diharapkan dapat mengetahui media optimal bagi perbanyakan tunas talas satoimo. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Bioteknologi, BPPT, Setu, Tangerang Selatan dengan metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yg terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor pertama konsentrasi KNO<sub>3</sub> 0, 300, 600 dan 1200 ppm dan faktor kedua konsentrasi BAP 0; 0.2; dan 0.6 ppm. Media dasar menggunakan Murashige-Skoog (MS). Pengamatan dilakukan setiap minggu selama 6 minggu setelah tanam (MST). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan BAP 0.6 ppm dengan penambahan KNO<sub>3</sub> 300 ppm optimal bagi perbanyakan tunas.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>Talas satoimo is a carbohydrate source, the production capacity less than necessary so it has potential market. Shoot multiplication provide alternative to supply demand market. Through use of Benzylaminopurine and combination KNO<sub>3</sub> will discover optimal medium for shoot multiplication. This study conducted at Research Center for Biotechnology, BPPT, Setu, Tangerang Selatan. The method using complete random factorial design consisted of two factor that is concentration combination KNO<sub>3</sub> at 0, 300, 600 and 1200 ppm and Benzylaminopurine at 0, 0.2, 0.6 ppm. The basic media using Murashige-Skoog (MS). Observation were set every weeks during six weeks after planting. The optimal growth was obtained at MS medium containing Benzylaminopurine 0.6 ppm in combination with KNO<sub>3</sub> 300 ppm.</em></p> Karyanti Karyanti Eunike Lasyana Immanuella Dewi Yustika Sofia Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 237 244 RESPON PERTUMBUHAN EKSPLAN KENTANG (Solanum tuberosum L.) VARIETAS AP-4 TERHADAP MANITOL SEBAGAI MEDIA KONSERVASI SECARA IN VITRO https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2286 <p>Kebutuhan tanaman kentang semakin meningkat namun produksinya semakin menurun. Produktifitas kentang sangat tergantung kepada kualitas benih kentang yang bebas patogen. Penggunaan manitol sebagai <em>osmoregulator </em>terhadap benih kentang dapat dilakukan secara <em>in vitro</em> yang mampu mendapatkan kultur yang bebas virus serta memiliki potensi yang besar untuk konservasi plasma nutfah. Penelitian ini bertujuan mengetahui interaksi antara konsentrasi manitol dan penggunaan jenis bagian eksplan yang menghambat pertumbuhan planlet kentang sehingga dapat disimpan dalam waktu lama. Penelitian dilaksanakan bulan Januari sampai bulan Mei 2017 di Laboratorium Mikropropagasi Balai Bioteknologi, BPPT PUSPIPTEK Serpong. Penelitian menggunakan metode Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial. Faktor pertama perlakuan media MS + Manitol pada taraf 0, 20, 40, 60, 80, 100 dan 120 g.L<sup>-1</sup>. Faktor kedua penggunaan jenis bagian eksplan pucuk dan buku ke-2. Pemberian perlakuan konsentrasi manitol 60 g.L<sup>-1 </sup>memberikan laju penghambatan yang optimum dengan menekan pertumbuhan tinggi planlet 58.77%; jumlah daun 60.77%; panjang akar 20.39%; dengan masa penyimpanan 3 bulan.</p><p align="center"><em><strong>ABSTRACT</strong><em></em></em></p><em><em>Needs of potato crops are increasing but production is declining. Potato productivity is highly dependent on the quality of potato-free potato seeds. The use of mannitol as osmoregulator against potato seed can be done in vitro which is able to get a virus free culture and has great potential for germplasm conservation. The aim of this research is to know the interaction between mannitol concentration and the use of eksplan type which inhibits the growth of potato plantlet so it can be stored for long time. The study was conducted from January to May 2017 at the Biotechnology Micropropagation Laboratory, BPPT PUSPIPTEK Serpong. The research used the method of Randomized Complete Group Design (RKLT) factorial. The first factor was MS + Manitol media treatment at 0, 20, 40, 60, 80, 100 and 120 g.L<sup>-1</sup> levels. The second factor is the use of the type of shoot part eksplan and the second node. The treatment of mannitol concentration 60 g.L<sup>-1</sup> gave the optimum rate of inhibition by suppressing the growth of plantlet height 58.77%; the amount of leaf 60.77%; root length of 20.39%; with a storage period of 3 months.</em></em> Irni Furnawanthi Siti Jumroh Devianti Dahlia Nauly Rudi Mardiyanto Mardoni Elya Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 245 252 ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH ORGANIK DI KABUPATEN DELI SERDANG https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2287 <p>Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan harga jamur tiram putih organik di tingkat konsumen dengan harga yang di tingkat petani serta adanya dugaan peran beberapa pedagang dalam pemasaran jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan kondisi tersebut, maka tujuan penelitian: (1) mengidentifikasi saluran pemasaran; (2) menganalisis fungsi-fungsi pemasaran jamur tiram putih organik; (3) menganalisis biaya dan margin pemasaran, serta <em>share</em> petani; dan (4) menganalisis efisien atau tidak-nya saluran pemasaran di daerah penelitian. Metode penentuan lokasi penelitian adalah <em>purposive</em> di Kabupaten Deli Serdang. Selanjutnya, penentuan sampel penelitian menggunakan metode <em>snowball sampling</em>, sehingga jumlah sampel petani 31 orang, pedagang pengumpul kecamatan 1 orang, pedagang pengecer 2 orang, dan pedagang jamur <em>crispy</em> 2 orang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan: (1) Pemasaran jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 4 saluran pemasaran; (2) Fungsi-fungsi pemasaran jamur tiram putih organik, diantaranya fungsi pembelian, penjualan, transportasi, pengemasan, sortasi, dan pembiayaan; (3) Adapun rincian total biaya, margin pemasaran, serta <em>share</em> petani jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut : Saluran I, total biaya Rp 2081.7; margin pemasaran Rp 10,000; dan <em>share </em>petani sebesar 60%. Saluran II, total biaya Rp 2,698.18; margin pemasaran Rp 13,000; dan <em>share</em> petani 53.57%. Saluran III, total biaya Rp 56,216.18; margin pemasaran Rp 110,000; dan <em>share</em> petani 12%. Saluran IV, total biaya Rp 1,008.07; margin pemasaran sebesar Rp 0; dan <em>share</em> petani 100%; (4) Pemasaran jamur tiram putih organik di Kabupaten Deli Serdang untuk saluran I sampai IV efisien (nilai Ep &lt; 50%).</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>The research background is due to the existing difference between the price consumers pay for organic white oyster mushroom with the money farmers receive also the presumption of involvement of several traders in the mushroom trading in Deli Serdang district. Therefore, a research was conducted to achieve several objectives which are: (1) to identify marketing channel; (2) to analyse the functions of marketing; (3) to analyse cost and marketing margin; and (4). to analyse the marketing efficiency of organic white oyster mushroom in the research areas.</em><em> </em><em>Location was determined using purposive method in Deli Serdang district. Next, sample was determined by snowball sampling method with limited data availability, farmer’s sample size was 31 people, local trader’s was 1 person, retailer’s was 2 people and crispy mushroom seller was 2 people.</em><em> </em><em>Based on the research conducted, we can conclude: (1) There are 4 marketing channels in organic white oyster mushroom trading in Deli Serdang District; (2) farmers and middleman use marketing functions such as purchasing, selling, transporting, packaging, sorting and financing functions; (3) As for total cost, marketing margin and farmers share in Deli Serdang district respectively are: Channel I, Rp 20,817.7; Rp 10,000 and 60%. Channel II, Rp 2,698.18; Rp 13,000 and 53.57%. Channel III, Rp 56,216.18; Rp 110,000 and 12%. Channel IV, Rp 1,008.07; Rp 0; and 100%. (4) The organic white oyster mushroom marketing in Medan City and Deli Serdang District for channel I - IV are efficient (E<sub>p </sub>value &lt; 50%).</em><em></em></p> Yenny Laura Butarbutar Nurmely Violita Sitorus Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 253 261 PERLAKUAN POLYETHYLENE GLYCOL SECARA IN VITRO TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS MUTAN TAKA UNTUK SELEKSI TOLERAN KEKERINGAN https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2288 <p class="A05abstrak1">Tacca leontopetaloides (L.) Kuntze merupakan salah satu tanaman umbi-umbian yang berpotensi untuk pangan alternatif. Induksi mutasi antara lain dengan radiasi sinar Gamma merupakan salah satu upaya untuk perbaikan genetik tanaman. Pada taka telah diperoleh kandidat mutan yang perlu diseleksi untuk mendapatkan genotipe toleran kekeringan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian PEG secara in vitro terhadap pertumbuhan mutan tunas taka hasil radiasi sinar Gamma untuk seleksi toleran kekeringan. Penelitian menggunakan 3 klon mutan taka hasil radiasi dosis 20, 30, dan 40 Gy dan tunas tanpa radiasi (kontrol). Semua tunas ditanam pada media MS dengan penambahan 0; 2.5; 5; 7.5; dan 10% PEG dengan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah akar, diamati setiap minggu hingga minggu ke-8. Data dianalisis dengan analisis variansi (ANOVA) dilanjutkan dengan Uji DMRT (Duncan Multiple Range Test). Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biak Sel dan Jaringan Tanaman Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI selama 4 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tunas tertinggi diperoleh dari klon 40 Gy tanpa penambahan PEG sebesar 4.83 cm. Semakin tinggi konsentrasi PEG, tinggi tanaman semakin rendah. Jumlah daun dan jumlah akar tertinggi diperoleh dari tunas 20 Gy tanpa penambahan PEG yaitu sebesar 5.89 helai daun dan 2 helai akar. Tidak semua planlet hasil perlakuan PEG berhasil diaklimatisasi, daya hidup tertinggi didapatkan dari planlet tanpa radiasi dengan penambahan PEG 2.5% dan planlet taka hasil radiasi 20 Gy dengan penambahan PEG 7.5% sebesar 100%.</p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>Tacca leontopetaloides </em>(L.) <em>Kuntze is tuberous plant </em><em>that has </em><em>potential for alternative food</em><em> source</em><em>. Mutant induction by Gamma ray irradiation is useful for plant genetic improvement. Mutant candidate of Tacca </em><em>has been </em><em>obtained from the previous research </em><em>and </em><em>was selected for drought tolerant. The aim of the research was </em><em>t</em><em>o investigate the effect of PEG</em><em> as drought stress inducer</em><em> on in vitro growth of Tacca mutant for </em><em>selecting </em><em>drought tolerant</em><em> clones</em><em>. The research </em><em>was </em><em>used 3 clones of mutant obtained from Gamma irradiation at 20, 30 and 40 Gy as well as without irradiation (control). All shoots we</em><em>re</em><em> grown on MS medium containing 0; 2.5; 5; 7.5; </em><em>and</em><em> 10% PEG with</em><em> </em><em> 3 replicates. </em><em>The Observed parameters were</em><em> height of shoots, number of leaves and number of roots</em><em>. The data</em><em> </em><em>were </em><em>recorded every week from week-1 to week-8. Data were analized </em><em>using</em><em> </em><em>ANOVA followed by Duncan Multiple Range Test (D</em><em>M</em><em>RT). </em><em>The research was conducted in Plant Cell and Tissue Culture Laboratory, Research Center of Biotechnology – Indonesian Institute of Sciences for 4 months. </em><em>The results indicated that the highest shoots were obtained from 40 Gy clone</em><em>s,</em><em> </em><em>cultured on MS medium without PEG (</em><em>4</em><em>.</em><em>83 cm). The higher PEG concentrations gave the lower height of shoots. The highest of leaf numbers and roots numbers were found on 20 Gy mutant grown on MS medium without</em><em> PEG addition</em><em> (5.89 leaves and 2 roots, respectively). After PEG treatments, some plantlets did not survive after acclimation. The highest survival rate was found from non-irradiated plantlets grown on MS medium containing 2.5% PEG and from 20 Gy-mutant grown on MS medium containing 7.5% PEG, respectively which gave 100% survival rate.</em></p> Betalini Widhi Hapsari Andri Fadillah Martin Rudiyanto Rudiyanto Tri Muji Ermayanti Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 262 271 UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN UJI ANTIBAKTERI Fusobacterium nucleatum DARI EKSTRAK ETANOL DAUN Ruta angustifolia https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2289 <p><em>Ruta angustifolia</em> atau yang biasa disebut dengan tanaman Inggu telah lama dipercaya dan digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat untuk berbagai macam penyakit. Salah satu organ utama yang paling banyak digunakan sebagai obat tradisional adalah daunnya. Inggu telah digunakan secara luas sebagai obat tradisional, namun penelitian ilmiah tentang kandungan bioaktifnya masih jarang dilakukan. Dalam penelitian ini aktivitas antioksidan dan antibakteri daun Inggu diuji terhadap penyakit gigi yang disebabkan oleh <em>Fusobacterium nucleatum</em>. <em>F. nucleatum </em>adalah jenis yang paling umum ditemui pada penyakit gigi dan memproduksi bahan iritan pada jaringan seperti asam butirat, protease dan <em>cytokines</em>.Tujuan penelitian ini adalah menguji kandungan antioksidan dan aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun <em>R. angustifolia</em> terhadap<em> F. nucleatum</em>. Metode yang digunakan untuk pengujian antioksidan adalah metode <em>2,2 diphenyl-1-picrylhydrazyl </em>(DPPH). Uji antibakteri mencakup Uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dengan metode serial dilusi-spektrofotometri dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dengan metode <em>streak</em> agar. Dari hasil pengujian kadar antioksidan pada sampel ekstrak etanol daun <em>R. angustifolia</em> menunjukkan nilai IC<sub>50</sub> sebesar 100,99 ppm. Hasil ini menandakan bahwa kadar antioksidan pada daun Inggu memiliki aktivitas yang sedang, dengan KHM 40% dan KBM 80%.</p><p><strong>Kata kunci:</strong> Antioksidan, KBM, KHM, <em>Ruta angustifolia</em></p><p align="center"><strong><em>TEST OF ANTIOXIDANT ACTIVITY AND TEST OF ANTIBACTERY Fusobacterium nucleatum FROM EXTRACT ETHANOL LEAF Ruta angustifolia</em></strong></p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>Ruta angustifolia or commonly called the Inggu plant have been trusted for a long time and used by the people of Indonesia as a medicine for various diseases. One of the main organs most widely used as a traditional medicine, is the leaves. Inggu has been widely used as a traditional medicine, however its scientific research on bioactive compound still rare. In this research anoxidant and antibacterial activities of Inggu leaves were tested for dental diseases caused by F. nucleatum. F. nucleatum is the most common type of dental disease and produces irritant substances in tissues such as butyric acid, proteases and cytokines. The purpose of this study is to test the antioxidant and antibacterial activity of R. angustifolia leaf ethanol extract </em>against<em> F. nucleatum in. The method used for antioxidant testing is the 2,2 diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) method. Antibacterial tests include Minimum Inhibitory Concentration (MIC) with serial-dilution spectrophotometric method and Minimum Bacteriocidal Concentration (MBC) with streak agar method. The results showed that the levels of antioxidants in ethanol extract of leaves Ruta angustifolia showed IC50 value of 100.99 ppm. These results indicate that the antioxidant levels possessed by these plants have moderate activity, with Minimum Inhibitory Concentration of 40% extract and Minimum Bacteriocidal Concentration at 80%.</em></p> Shafa Noer Rosa Dewi Pratiwi Efri Gresinta Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 272 277 TINGKAT OPTIMASI TENAGA KERJA PETANI NANAS DI DESA TANJUNG ATAP KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastan/article/view/2290 <p>Penelitian ini bertujuan Mengetahui tingkat optimasi tenaga kerja pada usahatani nanas di Desa Tanjung Atap Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung dilapangan dengan cara survei dan wawancara langsung di lapangan dengan petani contoh menggunakan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan. Data sekunder didapat dari berbagai lembaga dan instansi yang berkaitan dengan penelitian ini dan literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Penarikan contoh di Desa Tanjung Atap Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir dilakukan secara sederhana (<em>Simple Random Sampling</em>). Data yang diperoleh dari hasil survei di lapangan akan dikumpulkan dan diolah secara sistematis dan selanjutnya akan dianalisa secara deskriptif. Tingkat optimasi tenaga kerja secara keseluruhan pada usahatani nanas adalah lebih besar daripada satu yaitu sebesar 3,36 hal ini menunjukkan bahwa penggunaan waktu tenaga kerja petani secara keseluruhan belum optimal, dikarenakan waktu yang digunakan petani saat pengolahan lahan dan penanaman cukup lama.<em></em></p><p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>This research aims to determine the level of optimization of labor on pineapple farming in Tanjung Atap Village, Tanjung Batu District, Ogan Ilir District. Data collected in this research are primary data and secondary data. Primary data obtained directly in the field by way of direct survey and field interviews with sample farmers using a list of questions that have been prepared. Secondary data are obtained from various institutions and agencies relating to this study and the literature relating to this research. Sampling in Tanjung Atap Village, Tanjung Batu Subdistrict, Ogan Ilir Regency is done by simple (Simple Random Sampling). Data obtained from the field survey results will be collected and processed systematically and will then be analyzed descriptively. The overall rate of labor optimization in pineapple farming is greater than one that is 3</em><em>,</em><em>36 this indicates that the use of labor time of farmers as a whole is not optimal, due to the time used by farmers during the cultivation of land and planting long enough.</em></p> Eka Mulyana Erni Purbiyanti Indri Januarti Copyright (c) 2018 Prosiding SEMNASTAN 2018-01-22 2018-01-22 278 283