Penerapan Metode Six Sigma dan FMEA Sebagai Usaha untuk Menggurangi Cacat pada Produk Bracket
Abstract
Kualitas produk merupakan faktor kunci dalam industri manufaktur. Salah satu industri manufaktur yang berkomitmen terhadap peningkatan kualitas produk adalah PT.TII (PT. Toso Industry Indonesia). Saat ini perusahaan menghadapi permasalahan tingkat
cacat pada produk bracket yang melebihi standar yang ditetapkan yaitu 2%. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan penelitian dengan metode yang dapat mengurangi tingkat cacat pada produk bracket. Six Sigma adalah metode yang
berfokus pada pengendalian kualitas dengan tujuan mencapai cacat sekecil mungkin, sementara FMEA (Failure Mode and Effects Analysis) merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengatasi potensi kegagalan dalam proses
produksi. kombinasi Six Sigma dan FMEA dapat menjadi strategi efektif dalam pengendalian kualitas dan peningkatan proses produksi di industri manufaktur bracket. Analisis data dilakukan untuk mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve,Control) dari Six Sigma yang mengidentifikasi beberapa faktor penyebab cacat. Selanjutnya, FMEA diterapkan untuk mengevaluasi risiko dan prioritas perbaikan yang
diperlukan. Usulan perbaikan diberikan sebagai upaya untuk penurunan jumlah cacat pada produk braket.
Kata kunci: Cacat produk, Six Sigma, FMEA
Full Text:
PDFReferences
Antony, J. (2006). Six sigma for service
processes. Business Process Management
Journal, 12(2), 234–248.
https://doi.org/10.1108/146371506106575
Dasgupta, T. (2003). Using the six-sigma metric
to measure and improve the performance of
a supply chain. Total Quality Management
and Business Excellence, 14(3), 355–366.
https://doi.org/10.1080/147833603200004
Efendik, A., & Hariastuti, N. L. P. (2018).
Pengendalian Kualitas produk Dengan
Pendekatan Six Sigma dan Serta Seven
Tools Sebagai Usaha PengurNGn
Kecacatan Produk Pada CV. Prima Perkasa. Seminar Nasional Sains Dan
Teknologi Terapan VI, 351–356.
Harry, M. j. (1998). Six Sigma Breakthrough.
https://www.quality-assurancesolutions.
com/Six-Sigma.html
Jones, E. C., Parast, M. M., & Adams, S. G.
(2010). A framework for effective Six
Sigma implementation. Total Quality
Management and Business Excellence,
(4), 415–424.
https://doi.org/10.1080/147833610036067
Kwak, Y. H., & Anbari, F. T. (2006). Benefits,
obstacles, and future of six sigma
approach. Technovation, 26(5–6), 708–
https://doi.org/10.1016/j.technovation.200
10.003
Linderman, K., Schroeder, R. G., Zaheer, S., &
Choo, A. S. (2003). Six Sigma: A goaltheoretic
perspective. Journal of
Operations Management, 21(2), 193–203.
https://doi.org/10.1016/S0272-
(02)00087-6
Pyzdek, T., & Keller, P. A. (2010). The Six
Sigma Handbook.
Rusmiati, E. (2012). Penerapan Fuzzy Failure
Mode and Effect Analysis ( Fuzzy FMEA )
Dalam Mengidentifikasi Kegagalan Pada
Proses Produksi di PT Daesol Indonesia.
Jurnal Teknologi Dan Manajemen, 10(3),
–21.
Snee, R. D. (2003). Leading Six Sigma: a stepby-
step guide based on experience with GE
and other Six Sigma companies. Ft Press.
Stamatis, Diomidis H. Failure mode and effect
analysis. Quality Press, 2003.
Refbacks
- There are currently no refbacks.
==============================================================================================================
Prosiding SEMNASTEK Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jakarta
Jl. Cempaka Putih Tengah 27
Jakarta Pusat 10510
T. 021.4256024, 4244016 / F. 021.4256023
ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416
==============================================================================================================