Peran Material Lokal Dalam Ketahanan Termal Rumah Adat Honai
Keywords:
material lokal, ketahanan termal, honaiAbstract
Rumah adat Honai merupakan representasi arsitektur vernakular suku Dani di Papua yang dibangun dari material alami seperti kayu, bambu, dan jerami. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran material lokal dalam menunjang ketahanan termal rumah Honai, khususnya dalam menghadapi kondisi geografis dan iklim ekstrem wilayah Pegunungan Papua. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif penelitian ini menemukan bahwa pemanfaatan material setempat berkontribusi signifikan terhadap kenyamanan termal pasif. Struktur bangunan yang kompak dan teknik konstruksi tradisional tanpa paku turut memperkuat efisiensi energi termal, menjaga suhu ruangan tetap hangat pada malam hari dan sejuk di siang hari. Selain itu, karakter material yang memiliki konduktivitas termal rendah memungkinkan terjadinya isolasi alami yang efektif terhadap fluktuasi suhu harian. Penggunaan material lokal tidak hanya memperkuat daya tahan termal bangunan, tetapi juga mencerminkan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya secara berkelanjutan.References
Bolle, A. R. I. A. (2017). RANCANG BANGUN APLIKASI 3D (TIGA DIMENSI) RUMAH ADAT SE-INDONESIA BERBASIS MOBILE. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Olgyay, V. (2015). Design with climate: bioclimatic approach to architectural regionalism-new and expanded edition. In Design with Climate. Princeton university press.
Fanmakuni, C., & Giban, Y. (2025). Keunikan dan Manfaat Rumah Honai Dalam Perspektif Kristen Bagi Masyarakat Suku Dani di Papua Pegunungan. MEFORAS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, 1(2), 150-161.
Givoni, B. (1998). Climate considerations in building and urban design. John Wiley & Sons.
Tabuni, P. (2023). IDENTIFIKASI MORFOLOGI RUMAH TRADISIONAL HONAI STUDI KASUS RUMAH HONAI Distrik Gome Kabupaten Puncak Papua (Doctoral dissertation, Universitas Atma Jaya Yogyakarta).
Rudofsky, B. (1987). Architecture without architects: a short introduction to non-pedigreed architecture. UNM Press.
Frampton, K. (1983). Prospects for a critical regionalism. Perspecta, 20(1983), 147-162.
Olgyay, V. (1962). Bioclimatic evaluation method for architectural application. In Biometeorology (pp. 246-261). Pergamon.
Wibowo, S. H. B., & Prabasmara, P. G. (2023). Penerapan Simbolisasi Noken dan Rumah Honai pada Disain Bentuk Arsitektur Pusat Budaya Noken Papua di Nabire. Jurnal Arsitektur Pendapa, 6(1), 24-36.
Saranga, N., Kho, R., & Hadiyanti, Y. R. (2023). Eksplorasi Etnomatematika Pada Rumah Adat Masyarakat Skouw Sae. Jurnal Ilmiah Mandala Education (JIME), 9(2), 886-892.
Nasaningrum, G. O. (2021). Pendekatan permukiman tradisional papua (silimo) pada perancangan pusat kebudayaan di kabupaten jayapura papua. Jurnal Arsitektur ZONASI, 4(3), 511-520.
Andriansyah, M. D. (2024). PENGARUH MODERNISASI PADA ARSITEKTUR TRADISIONAL. Jurnal Media Akademik (JMA), 2(11).