PENGARUH KONSENTRASI AKTIVATOR NAOH PADA PROSES PEMBUATAN ARANG AKTIF TERHADAP KUALITAS MINYAK BEKAS SETELAH PROSES PEMURNIAN
Abstract
Pengolahan limbah pertanian menjadi bioadsorben arang aktif, merupakan salah satu usaha pemanfaatan limbah pertanian. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh konsentrasi NaOH, sebagai aktivator dalam proses pembuatan arang aktif, terhadap kualitas minyak goreng bekas setelah pemurnian. Limbah pertanian yang sudah bersih dan kering kemudian dilakukan karbonisasi di dalam furnace selama 15 menit dengan suhu pembakaran 400oC. Selanjutnya arang diaktivasi denganmerendam dalam larutan NaOH selama dua belas jam. Konsentrasi NaOH yang digunakan bervariasi, yaitu 0,125; 0,25; 0,5; 1 dan 2 N. Setelah itu padatan dicuci sampai netral dan dikeringkan, sehingga diperoleh bioadsorben arang aktif. Minyak jelantah yang sudah dipanasi dicampur dengan bioadsorben. Campuran tersebut diaduk selama satu jam pada temperatur 110oC. Selanjutnya campuran disaring dengan pompa vakum diambil filtratnya yaitu minyak jelantah bersih. Minyak bekas yang sudah bersih, dianalisa kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida dan warna minyak. Minyak bekas setelah proses pemurnian mempunyai kadar asam lemak bebas 0,25% ; Bilangan peroksida 6.4027 meq/kg dan warna minyak 30 red lovibond. Hasil optimum diperoleh menggunakanarang aktif dengan konsentrasi NaOH 1 N. Setelah proses pemurnian, kadar asam lemak bebas menurun 55.0 % ; bilangan peroksida menurun 44.7 % dibandingkan kondisi mula-mula.References
Arini. 1999. Minyak Jelantah, Amankah?. Jurnal LP POM MUI, No. 25
Ketaren, S., 2005. Pengantar TeknologiMinyak dan Lemak Pangan, Cetakan ke lima, UI Press. Jakarta.
Lawson, Harry W., 1985, Standards for Fats and Oil, hal 12-18. The AVI Publishing company, Inc., Weat Port, Connecticut
Lee, J., Lee, S., Lee, H., Park, K. dan E. Choe, 2002, Spinach (spinacia oleracea) as a Natural Food Grade Antioxidant in Deep Fat Fried Products, Journal of Agricultural and Food Chemistry, 50, 5664- 5669
Lin, S., dan C. Casimir. 2001. Recovery of used Frying Oil with Adsorbent
Combination : Refrying and Frequent Oil Replenishment. Journal of Food Research International 34 : 159-166
Maskan, M. dan H.I. Bagci, 2003. Effect of Different Adsorbents On Purification of Used Sunflower Seed Oil Utilized For Frying, Journal of Food Research Technology, 217, 215-218.
Miyagi, A., et al. 2001. Feasibility Recycling Used Frying Oil Using Membrane Process. Journal Lipid Science Tecnology 103 : 208-215
Moreira, R.G. 1999. Deep-Fat Frying Fundamentals and Aplication. Aspen
Publishers Inc., Weat Port, Connecticut
Mulyatna, L., dkk., 2003. Pemilihan Persamaan Adsorpsi Isoterm pada
Penentuan Kapasitas Adsorpsi Kulit Kacang Tanah terhadap Zat Warna
Remozal Golden Yellow 6, Jurnal Infomatek, Vol. 5, No. 3, UNPAS
Bandung.
Paul, S dan G.S. Mittal. 1997. Regulating the Use of Degraded Oil / Fat in Deep Fat / Oil Food Frying. Critical Reviews in Food Science and Nutrition 37 : 635-662
Sudarmadji, S., dkk., 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian, Liberty,
Bandung, hal.111, 115-117.
Yuliana, dkk., 2005. Penggunaan Adsorben Untuk Mengurangi Kadar Free Fatty Acid, Peroxide Value dan Warna Minyak Goreng Bekas, Jurnal Teknik Kimia Indonesia, Vol. 4., No. 2., hal.212-218.
Yustinah, 2011. Pengaruh Massa Bioadsorben dari Kulit Kacang Tanah pada Pemurnian Minyak Goreng Bekas, Prosiding Seminar Nasional Integrasi Proses 2011, No ISSN : 2088-6756, Cilegon
Yustinah, Hartini dan Yulianti, 2012.Penurunan Kadar Asam Lemak Bebas
(FFA) dan Peroksida pada Minyak Sawit Mentah (CPO) Menggunakan
Bioadsorben dari Ampas Tebu, Prosiding Seminar Tjipto Utomo 2012, No ISSN : 1693-1750, Bandung