ANALISIS PROKSIMAT DAN ASAM OKSALAT PADA PELEPAH DAUN TALAS BENENG LIAR DI KAWASAN GUNUNG KARANG, BANTEN
Abstract
ABSTRAK
Talas beneng (Xanthasoma undipes K.Kock) atau dikenal juga Tall elephant ear merupakan talas lokal khas dari Gunung Karang, Provinsi Banten. Tanaman ini tergolong dalam genus Xanthosoma dan telah dikembangkan sebagai sumber pangan lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan gizi dan kandungan asam oksalat pada pelepah daun talas beneng yang tumbuh secara liar pada ketinggian tempat yang berbeda-beda. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juni 2017. Penelitian ini berupa penelitian lapangan yang dilakukan di sekitar Kawasan Gunung Karang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Pengambilan sampel pelepah talas beneng dilakukan pada ketinggian yang berbeda yaitu pada ketinggian 400 dan 800 m di atas permukaan laut (dpl). Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif kuantitatif. Parameter yang diamati meliputi analisis proksimat dan asam oksalat. Analisis proksimat yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis kadar air, abu, protein, lemak, dan karbohidrat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ketinggian 400 m dpl pelepah talas beneng memiliki kandungan air (92.24%), abu (0.30%), protein (0.30%), lemak (0%), karbohidrat (7.16%) dan asam oksalat (0.217%). Pada ketinggian 800 m dpl pelepah talas beneng memiliki kandungan air (92.38%), abu (0.74%), protein (0.21%), lemak (0%), karbohidrat (6.67%) dan asam oksalat (0.117%). Pada ketinggian 400 m dpl pelepah talas beneng memiliki kandungan protein, karbohidrat dan asam oksalat lebih tinggi dibandingkan dengan ketinggian 800 m dpl.
ABSTRACT
Talas beneng (Xanthasoma undipes K.Kock) or also known as Tall elephant ear is a typical local taro from Gunung Karang area, Banten Province, it belong to the genus Xanthosoma and has been used as a source of local food. This study aims to determine the nutrient and oxalic acid content of wild taro leaves different altitude. It was 400 and 800 m above sea level (asl). The research was conducted from March to June 2017. Parameters observed in this study are proximate and oxalic acid analysis. Proximate analysis conducted in this study include analysis of water content, ash, protein, fat, and carbohydrates. The results showed that at 400 m asl taro bark had water content (92.24%), ash (0.30%), protein (0.30%), fat (0%), carbohydrate (7.16%) and oxalic acid (0.217%). On the other hand, at 800 m asl the taro bark has water content (92.38%), ash (0.74%), protein (0.21%), fat (0%), carbohydrate (6.67%) and oxalic acid (0.117%). Taro bark found at an 400 m asl contains higher concentration of protein, carbohydrates and oxalic acid than that of 800 m asl.Keywords
Full Text:
PDFReferences
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Burr, G.O. dan M.M. Burr. 1929. A New Deficiency Disease Produced by the Rigid Exclusion of Fat from Diet. Dalam. Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Banten. 2012. Talas Beneng. Banten.
Bradbury, J.H. dan Nixon, R.W. 1998. The Acridity of Raphides from the Edible Aroids. J. Sci. Food Agric, Vol. 76 (4): 608 – 616.
Kartina, A.M., R. Pancasasti, W. Ichwanuddin dan N. Hermita. 2015. Pengaruh Elevasi Terhadap Kadar Asam Oksalat Talas Beneng (Xanthosoma undipes K.Koch) di Sekitar Kawasan Gunung Karang Provinsi Banten. Laporan Penelitian MP3EI.
Muttakin, S. dan E. Nurcahyati. 2010. Potensi Pengolahan Talas Beneng dalam Mendukung Diversivikasi Pangan Lokal. Koran Radar Banten. BPTP Banten.
Nafitri, M. dan G. Lukmandaru. 2013. Sifat Kimia Bambu Hitam (Gigantochloa sp.) pada Perbedaan Arah Aksial dan Ketinggian Tempat Tumbuh. Prosiding Seminar Nasional MAPEKI XVI. Balikpapan, 6 November 2013. Hal: 353 – 359.
Paull R.E., C.S. Tang, K. Gross dan G. Uruu. 1999. The Nature of the Taro Acridity Factor. Postharvest Biology and Technology, Vol. 16 (1): 71 – 78.
Rahman, M.M. dan O. Kawamura. 2011. Oxalate Accumulation in Forage Plants: Some Agronomic, Climatic and Genetic Aspects. Asian-Australia Journal of Animal Science, Vol. 24 (3): 439 – 448.
Setyowati, M., I. Hanarida dan Sutoro. 2007. Karakteristik Umbi Plasma Nutfah Tanaman Talas (Colocasia esculenta). Buletin Plasma Nutfah, Vol. 13 (2): 49 – 55.
Sjöström, E. 1998. Kimia Kayu; Dasar- dasar dan Penggunaan. Edisi 2. Terjemahan. H. Sastrohamidjojo Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sumartini, S. dan J. Kantasubrata. 1992. Analisis Proksimat 1 dan 2. Kursus Teknik Kimia Pangan. Bandung, 13 – 21 Januari 1992. P3KT-LIPI. Bandung.
Elvira, S. 2012. Ilmu Pangan: Talas Andalan Bogor. http://ilmupangan. blogspot.com/2012/06/talas-andalan-bogor_427.html. (Diakses pada tanggal 27 September 2017).
Brady, N.C. 1990. The Nature and Properties of Soils. Dalam. Tan, K. H. 1994. Environmental Soil Science. Marcel Dekker Inc. New York.
Schumm, W. 1978. Chemistry. Interscience Publisher Inc. New York.
Suryawati. 2007. Dalam. Tedianto. 2012. Karakterisasi Labu Kuning (Cucurbita moschata) Berdasarkan Penanda Morfologi dan Kandungan Protein, Karbohidrat, Lemak, pada Berbagai Ketinggian Tempat. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Tedianto. 2012. Karakterisasi Labu Kuning (Cucurbita moschata) Berdasarkan Penanda Morfologi dan Kandungan Protein, Karbohidrat, Lemak, pada Berbagai Ketinggian Tempat. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Widiyanto. 2011. Super Absorben Hasil Pencangkokan dan Penautan Silang Fraksi Nonpati Onggok dengan Akrilamida. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Insitut Pertanian Bogor. Bogor.
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
DOI: https://doi.org/10.24853/jat.2.2.95–104
Refbacks
- There are currently no refbacks.