ARAHAN PELESTARIAN TATA RUANG PERMUKIMAN MASYARAKAT ETNIS MANDAILING DI SUMATERA UTARA

Cut Nuraini, Qaanitah Azizah, Sri Muharrani

Abstract


The Mandailing community settlement in North Sumatra has many historic elements. The purpose of this research is to identify the physical and non-physical aspects of the Mandailing community's residential areas in three villages that have the potential to be preserved and maintained, as well as to determine how large an area is appropriate for conservation. This study employs a descriptive-exploratory-qualitative approach to identify settlement physical elements (buildings, open spaces, and roads) and non-physical elements (socio-cultural, layout, orientation, and patterns) with the potential to be preserved. According to the study, physical characteristics are classified into physical buildings and non-buildings. Bagas Godang, Sopo Godang, Sopo Emme, mosques, Pancur Paridian, Sopo Saba, Sopo Ladang, and Bale Hombung are among the physical elements of the structure. Alaman Bolak Selangseutang, roads, rivers, plantation areas, fields, rice fields, and forests are non-building physical features. Non-physical aspects that impact the settlement environment include: a) using the Banua principle, b) differences in village status, and c) the spatial Dalihan Natolu Social System. Overall, the Mandailing residential area can be divided into two zones: conservation areas, which are planned to be renovated, restored, and rehabilitated using contextual Mandailing architectural designs while still adhering to local regulations, and preservation areas, which are allowed to preserve the existence of each of its constituent elements while adhering to local laws. The preservation and conservation policies that will be implemented in each case will be handled in a specific order based on established criteria, namely immediate handling of case 4 and subsequent handling of the following three points in the order of handling case 2, case 3, and case 1.

 

Salah satu kawasan di Indonesia yang memiliki banyak elemen-elemen bersejarah adalah permukiman masyarakat Mandailing di Sumatera Utara. Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi elemen-elemen fisik dan non fisik kawasan permukiman masyarakat Mandailing di tiga kampung yang berpotensi untuk dilestarikan dan dipertahankan keberadaannya serta menentukan seberapa luas kawasan yang layak untuk di konservasi. Kajian ini menggunakan metode deskriptif-eksploratif-kualitatif yang berupaya mengidentifikasi elemen fisik permukiman (bangunan, ruang terbuka, jalan) dan elemen non-fisik (sosial-budaya, tata letak, orientasi, pola) yang potensial untuk dilestarikan. Hasil penelitian menunjukkan aspek-aspek non-fisik yang dapat dilihat pengaruhnya terhadap lingkungan permukiman ini antara lain adalah a) penerapan prinsip Banua; b) perbedaan status kampung; c) Sistem Sosial Dalihan Natolu yang me-ruang. Secara keseluruhan kawasan permukiman Mandailing ini dapat diklasifikasikan atas dua kategori zona yaitu pertama, kawasan konservasi yang direncanakan untuk direnovasi, direstorasi dan direhabilitasi melalui kontekstual desain arsitektur Mandailing dan tetap memperhatikan aturan-aturan setempat; dan kedua, kawasan preservasi yang diberi kesempatan untuk tetap mempertahankan keberadaan tiap elemen-elemen penyusunannya tetapi juga tetap mempertahankan aturan-aturan setempat. Urutan penanganan terhadap kebijakan preservasi dan konservasi yang akan dilakukan pada tiap kasus memiliki urutan tertentu berdasar kriteria yang ditetapkan, yaitu penanganan segera terhadap kasus 4 dan penanganan berikutnya pada tiga kasus berikutnya dengan urutan penanganan adalah kasus 2, kasus 3 dan kasus 1.


Keywords


Arahan Pelestarian; Tata Ruang; Permukiman; Mandailing

Full Text:

PDF

References


Attoe, W. (1988). Historic Preservation. New York: Mc. Graw-Hill.

Budihardjo, E. (1995). Architectural Conservation in Bali. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Dharma, I., & N.K.A, D. (2023). Peran Pemerintah (Pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar dan BPCB Bali) dalam Upaya Pelestarian Cagar Budaya Situs Goa Gajah di GIanyar, Bali. Jurnal Arsitektur NALARs, Vol.22, No. 1, Hal. 9-16.

Dobby, A. (1978). Conversation and Planning, London:. London: Hutchinson and Co. Limited.

Fitch, J. (1991). Historic Preservation: Curatorial Management of The Build World. New York: Mc. Graw-Hill Book Company.

Groat, L., & Wang, D. (2000). x Architectural Research Methode. New York: Jhon Willey & Son. Inc., New York.

Howell, K. E. (2013). An Introduction to The Philosophy of Methodology. Sage.

Mimura, H. (2003). “The Awakening of a Heritage Environment Ethics in Asia. Makalah presentasi di The International Symposium and Workshop Tema “Managing Heritage Environment in Asia” organized by Center for. Yogyakarta: Dept. of Architecture and Planning, Universitas.

Muthmainah, N., Rukmi, W., & Maulidi, C. (2019). Pelestarian Pola Permukiman Tradisional di Kelurahan 3-4 Ulu Kota Palembang. Jurnal Planning for Urban Regon and Environment, Vol. 8., No.1, Hal. 107-114.

Nuraini, C. (2004). Permukiman Suku Batak Mandailing. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nuraini, C. (2015). Posisi Teori Bincar-Bonom dalam Konsep Dasar Elemen-elemen Pembentuk Permukiman, Studi Kasus Desa Singengu di Kecamatan Kotanopan. Jurnal Nalars, Volume 14 Nomor 2, Juli 2015. ISSN 1412-3266. Hal.97-100.

Nuraini, C. (2017). Room Arrangement Concept : The Sacred-Profand of Heirloom Houses in Hutagodang Village, Mandailing. Architecture Departemen, Faculty of Civil Engineering and Planning, Trisakti University. Journal LivaS : International Journal on Livable Space, Vol.02, No. 2, pp. 45-54.

Nuraini, C. (2018). The Logic of Bincar-Bonom and Structuralism Analysis on Room Arrangement of Dwelling in Mandailing. DIMENSI–Journal of Architecture and Built Environment, Vol. 45, No. 1, pp. 85-92.

Nuraini, C., & Suprayetno. (2021). Karakter Lingkungan Perumahan Berbasis Space Attachment yang Adaptif dan Responsif di Mandailing. Jurnal Arsitektur NALARs, Vol. 20. No. 1, Hal: 61-72.

Nuraini, C., Djunaedi, A., Sudaryono, & Subroto, Y. (2014a). Bincar-Bonom as the Basis of house Formations in Singengu Village Settlement. Journal of Scientific Research and Studies,, Vol.1 (6), December 2014,ISSN 2375-8791.

Nuraini, C., Djunaedi, A., Sudaryono, & Subroto, Y. (2014b). Bincar-Bonom : The Basis of Spatial Arrangements of Singengu Village, Indonesia. Journal of the International Society for the Study of Vernacular Settlements (ISVS e-Journal) , Vol.3, No.2, December 2.

Prabowo, W., & Yuwono, A. (2021). Kajian Pelestarian dan Pemeliharaan Bangunan Cagar Budaya di Surakarta. Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur, Vol. 26. No. 2, Hal. 51-61.

Purwantiasning, A. (2022). Penetapan Kawasan Bersejarah sebagai Sebuah Usaha Pelestarian. . Jurnal Arsitektur NALARs, Program Studi Arsitektur, Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ)., -.

Radjiman, G. (1996). Pengelolaan Pelestarian dan Pengembangan Kawasan Bersejarah Pakualaman, Workshop Petunjuk Teknis Pengelolaan Kawasan Bersejarah Pakualaman, 29 s/d 30 April, Dinas Pekerjaan Umum Propinsi DIY. Yogyakarta: Proyek Pembinaan dan Pentaan Ruang.

Snyder, J., & Catanese, A. (1978). Introduction to Urban Planning. United Kingdom: Mc. Graw-Hill.

Sofiana, R., Purwantiasning, A., & Anisa. (2014). Strategi Penetapan Konsep Adaptive Re-Use pada Bangunan Tua Studi Kasus: Gedung PT PPI (Ex Kantor PT Tjipta Niaga) di Kawasan Kota Tua Jakarta. Paper pada Seminar Nasional Sains dan Teknologi, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).

Susanti, L., Febryano, I., Fitriana, Y., & Hilmanti, R. (2022). Pelestarian Rumah Panggung Berbahan Dasar Kayu di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Jurnal Belantara, Vol. 5, No. 2, Hal. 143-152.




DOI: https://doi.org/10.24853/nalars.23.1.1-16

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Indexed by:

Directory of Open Access JournalGarba Rujukan Digital(Garuda)

Crossref

Base

Index Copernicus International (ICI)CiteFactorRoad

 

 

Web Analytics Made Easy - Statcounter

Visitor NALARs

Powered by Puskom-UMJ