JEJAK KEBERADAAN RUMAH TRADISIONAL KUDUS : SEBUAH KAJIAN ANTROPOLOGI – ARSITEKTUR DAN SEJARAH

Ashadi Ashadi

Abstract


ABSTRAK. Bentuk rumah beratap joglo pencu, bisa jadi meniru gaya bangunan joglo pendapa dan mungkin bangunan rumah beratap joglo milik para penguasa pribumi, bupati dan para pembantunya yang terlebih dulu ada. Dengan menampilkan bangunan monumental berupa pendapa dan rumah-rumah “bangsawan” yang pada umumnya beratap joglo telah menjadikan kelompok orang-orang ini mempunyai kedudukan istimewa dimata masyarakat.

 

Rumah-rumah tinggal tradisional pada periode pertama, disamping sebagai generasi awal yang mungkin lebih banyak dibangun oleh orang-orang yang punya hubungan dengan para penguasa pribumi, juga dilain pihak telah menciptakan persaingan prestise bagi rumah-rumah tinggal tradisional yang muncul kemudian yang dibangun oleh para saudagar Muslim yang anggota keluarganya mungkin telah menjadi ulama-ulama muda modernis dan bagi mereka yang telah berhasil dalam sektor ekonominya. Adanya dinding tembok tinggi yang mengelilingi rumah mungkin merupakan salah satu cara pembeda antara kelompok Islam modernis di satu pihak dengan kelompok Islam penguasa dan Islam non modernis, serta kelompok yang melulu business oriented di pihak lain. Kelompok yang disebut terakhir mungkin bisa dilihat dari ekspresi rumahnya yang memiliki gebyok lengkung.

 

Kata Kunci : rumah tradisional, kemakmuran, ukiran

 

ABSTRACT. House with ’joglo pencu’ roof, has been determined as an adopted style from ’joglo pendapa’ style or ’joglo’ houses which belong to local government (bupati and their ’abdi dalem’). The style is presenting monumental building such as ’pendapa’ as well as ’bangsawan’-nobleman houses which usually have a ’joglo’ roof style. This style has shown a group of people who have power, high and special level within community.

 

Traditional houses within first period, has been regarded as building which have special prestige for people who lived within it. Furthermore, traditional houses have been built by moeslem businessman who become modern young ’ulama’ and succeed economically. High wall which surrounded houses, has been determined as a gap between modern islamic group and non modern islamic group as well as with business oriented group on the other part. The last group could be seen from house’s expression which has ’gebyok lengkung’ as a focal point of their house.

 

Keywords: traditional house, prosperity, engraving.


Full Text:

PDF


DOI: https://doi.org/10.24853/nalars.9.2.%25p

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Indexed by:

Directory of Open Access JournalGarba Rujukan Digital(Garuda)

Crossref

Base

Index Copernicus International (ICI)CiteFactorRoad

 

 

Web Analytics Made Easy - Statcounter

Visitor NALARs

Powered by Puskom-UMJ