Identifikasi Kerusakan Dinding Penahan Tanah Pda Estuari Muara Jenggalu

Abstract

Pada tahun 2015 dinding penahan tanah muara pasir putih masih berfungsi dengan baik tetapi di tahun 2019 mengalami kerusakan. Dulu hanya memiliki lebar sekitar 50-60 m saja, tetapi sejak tahun 2019 estuari muara pasir putih mengalami pelebarandari 50 m menjadi 106 m. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kerusakan pada dinding penahan tanah yang berada di muara pasir putih Kecamatan Gading Cempaka. Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode pengamatan langsung di lapangan dan metode wawancara langsung pada masyarakat sekitar lokasi penelitian. Kerusakan dinding penahan tanah diakibatkan kekuatan arus dan gelombang (pasang kedua) yang masuk dengan debit ^(Q) 19.03872  m³/dt, (meter kubik perdetik). Ketika pasang kedua mulai berjalan sekitar 1-2 jam, gelombang mulai masuk ke leher muara dengan kekuatan arus ^(V) 0.67 m_/dt (meter perdetik). Sehingga gelombang terus menerus menghantam dinding penahan tanah pada muara pasir putih selama pasang berlangsung, dan kejadian ini akan terulang kembali pada hari berikutnya setiap pasang kedua berlangsung. Berdasarkan hasil pengelolahan data dan analisis, maka disimpulkan bahwa kerusakan dinding penahan tanahdisebabkan oleh debit yang masuk ke muara sebesar 19.03872 Qm³/dt, (meter kubik perdetik), Ketinggian gelombang kecil (alun) yang terjadi di muara pasir putih memiliki rata-rata 1.93 meter dengan periode waktu selama 6 detik dalam satu gelombang, gelombang besar 1,3 meter dengan periode waktu selama 7 detik dalam satu gelombang, gelombang angin 0,85 meter dengan periode waktu selama 3,5 detik dalam satu gelombang dan kecepatan arus sebesar 0.67 m/s. Jenis kerusakan yang terjadi pada dinding penahan tanah termasuk kategori rusak berat.