PEMAHAMAN SISWA TUNANETRA (BUTA TOTAL SEJAK LAHIR DAN SEJAK WAKTU TERTENTU) TERHADAP BANGUN DATAR SEGITIGA

Rahmita Nurul Muthmainnah

Abstract


Bagi seorang tunanetra yang memiliki keterbatasan atau bahkan ketidakmampuan untuk melihat, dalam memahami suatu bangun, mereka akan mengobservasi bangun tersebut dengan menggunakan indera peraba terlebih dahulu dan kemudian menggabungkan gambaran atau refleksi tersebut sehingga konsep mengenai objek tersebut terbentuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemahamaman siswa tunanetra (buta total) sejak lahir dan sejak waktu tertentu terhadap bangun datar segitiga serta bagaimana perbedaan pemahaman mereka. Subjek dalam penelitian ini adalah dua siswa tunanetra kelas 8 SMPLB-A dimana salah satunya mengalami buta total sejak lahir sedangkan yang lain mengalami buta total sejak kelas 5 SD. Hasil yang diperoleh, kedua subjek memberikan definisi, karakteristik, serta jenis segitiga berdasarkan refleksi pemahaman mereka masing-masing serta pengalaman yang telah mereka dapat. Sehingga dapat dikatakan bahwa usia kebutaan ikut berpengaruh dalam pemahaman serta pembentukan konsep suatu materi. Berdasarkan hasil tersebut dapat digunakan sebagai gambaran dalam mempersiapkan metode serta media/alat pembelajaran bagi siswa tunanetra.

Full Text:

PDF

References


Campbell, J.J. 2006. “Early language experience: learning from young children who are

blind”. Doctoral Dissertation, University of Western Sydney, College of Arts,

School of Psychology.

Dick, T. and Kubiak, E. 1997. “Issues and aids for teaching mathematics to the blind”.

Mathematics Teacher. Vol. 90, hal: 344-349.

Efendi, M. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Erin, J.N. and Koenig, A.J. 1997. “The Student with a Visual Disability and a Learning

Disability”. Journal of Learning Disabilities. Vol. 30 (3), hal: 309-320.

Hallahan, D.P. and Kauffman, J.M. 1991. Exceptional children - Introduction to special

education. Virginia: Prentice-hall International, Inc.

Hatton, D.D., Bailey, D.B., Burchinal, M., and Ferrell, K.A. 1997. “Developmental

growth curves of preschool children with vision impairments”. Child

Development. Vol. 68 (5), hal: 788-806.

Hiebert, J. 1986. Conceptual and procedural knowledge: the case of mathematics.

Hillsdale, NJ: L. Erlbaum Associates.

Hudojo, H. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Direktorat Pendidikan dan

Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan

Lembaga Pendidikan, Tenaga Kependidikan.

Lechelt, E.C. and Hall, D.L. 1999. The Impact of Vision Loss on the Development of

Children From Birth to 12 Years: A Literature Review. The Canadian National

Institute for the Blind.

Lowendfeld, B. 1973. The visually handicapped child in school. New York: The John

Day Company.

Moerdiani, S. 1987. Psikologi anak luar biasa. Bandung: Universitas Islam Nusantara.

Suhartini, A. 2007. “Belajar Tuntas: Latar Belakang, Tujuan, dan Implikasi”. Lentera

Pendidikan. Edisi 10, No. 1, hal: 8.

Susanto. 2008. “Proses berpikir anak tunenetra dalam menyelesaikan masalah

matematika”. Disertasi Doktoral, UNESA.

Warren, D.H. and Rossano, M.J. 1991. “Intermodality relations: vision and touch”. In

M. A. Heller and W. Schiff (Eds). Psychology of Touch, 119-137. New Jersey:

Lawrence Erlbaum Associates.

Wirasto. 1987. “Beberapa Penyebab Kemerosotan Pendidikan Matematika di Negara

Kita”. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika di

IKIP Sanata Dharma Yogyakarta.




DOI: https://doi.org/10.24853/fbc.1.1.15-27

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2017 FIBONACCI: Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika

Jurnal Fibonacci Indexed By:

  gs cro   one            

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License
Powered by Puskom-UMJ