KAJIAN KONSEP ARSITEKTUR PERILAKU PADA STASIUN KERETA API ANTAR KOTA Studi Kasus Stasiun Bandung, Stasiun Gambir, dan Stasiun Pasar Senen
Abstract
ABSTRAK. Kereta Api merupakan moda transportasi darat berbasis jalan rel. Penggunanya memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari berbagai lapisan daerah di Indonesia dan dengan perilaku-perilaku yang berbeda pula. Pada bangunan Stasiun hubungan antar pengguna dan bangunan harus terjalin dengan baik. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk menghasilkan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, dan menciptakan seperangkat kategori. Penelitian ini mengeksplorasi dan mengklarifikasi mengenai suatu fenomena atau keadaan lapangan, dengan jalan mendeskripsikan fenomena untuk menghasilkan gambaran Arsitektur Perilaku pada Stasiun Antar Kota Pasar Senen, Gambir, dan Bandung. Setelah melakukan analisis menggunakan faktor-faktor dalam arsitektur perilaku terhadap stasiun kereta api. Desain pada bangunan stasiun yang dibuat pasti berbeda pada studi kasus yang dibahas. Pada bangunan Stasiun Bandung sirkulasi di dalam bangunan dibuat dengan baik, hanya saja luas dari sirkulasi yang ada kurang memadai, dilihat dari aktivitas stasiun yang padat. Karena hal tersebut membuat pengguna Stasiun Bandung sadar akan keadaan tersebut dan memilih untuk menyesuaikan diri terhadap fasilitas yang disediakan. Berbeda dengan Stasiun Bandung, Stasiun Gambir dan Pasar senen justru sebaliknya. Pada Stasiun Gambir dan Pasar senen fasilitas di stasiun lebih menyesuaikan pada pengguna. Seperti di Stasiun Gambir, pengelola akan melakukan perubahan kebijakan berupa penggunaan pintu utara dan selatan. Karena awalnya pintu selatan hanya digunakan untuk kereta kelas bisnis dan eksekutif dan pintu utara untuk kereta ekonomi. Namun kini kedua pintu dapat diakses untuk kedua jenis kelas. Sedangkan di Stasiun Pasar Senen yang menjadi yang selalu dipadati penumpang terutama saat menjelang idul fitri. Stasiun Pasar Senen baru-baru ini meluaskan ruang tunggu pada area cek tiket dan beberapa renovasi untuk melebarkan ruang loket, serta ruang cetak tiket. Ini menunjukan adanya penyesuaian desain bangunan terhadap perilaku pengguna.
Kata Kunci: arsitektur, perilaku, stasiun, kereta api
ABSTRACT. After conducting an analysis using factors in the behavioural architecture of the train station. The design of the station building made must be different in the case studies discussed. In the Bandung Station building, the circulation inside the building is well made, it's just that the area of the existing circulation is inadequate, seen from the dense activity of the station. Because this makes Bandung Station users aware of the situation and chooses to adjust to the facilities provided. In contrast to Bandung Station, Gambir Station and Pasar Senen are the opposite. At Gambir Station and Pasar Senen, the facilities at the station are more suitable for the user. Like at Gambir Station, the manager will make policy changes in the form of using the north and south gates. Because initially the south door was only used for business and executive class trains and the north door for economy trains. But now both doors are accessible for both class types. Meanwhile, at Pasar Senen Station, which is always packed with passengers, especially just before Eid. Pasar Senen Station has recently expanded the waiting room at the ticket check area and made several renovations to expand the counter rooms, as well as the ticket printing room. This shows that there are building design adjustments to user behaviour.
Keywords: journal, architecture, behaviour, stations, trains
Full Text:
PDFReferences
--------. Kepmenhub No. KM. 71 tahun 1999. Tentang Penyediaan Aksesibilitas Pada Pelayanan Jasa Transportasi Publik Bagi Pengguna Jasa Berkebutuhan Khusus.
--------. Peraturan Pemerintah No. 30/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksebilitas khusus untuk bangunan dan lingkungan.
--------. PP No. 43 tahun 1998. tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat.
--------. Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 18 thn 1999. Tentang Jasa Konstruksi.
--------. Undang-Undang Negara Republik Indonesia No.4 thn 1997 Tentang Penyandang Cacat.
Firdaus; Fuadi; Basri. 2016. Perencanaan Stasiun Kereta Api Berbasis Transit Oriented Development (Tod) dengan Tema Arsitektur Perilaku. [Online], (http://ejurnal.bunghatta.ac.id/index.php?journal=JFTSP&page=article&op=view&path%5B%5D=8961, (diakses 08 Maret 2019).
Kai.id. 2019. Publikasi. [Online], (https://kai.id/corporate/page/12, diakses 25 Agustus 2018).
Subandi. 2011. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Proses Pembelajaran Menghadapi Ujian Nasiona: Studi Situs SMP Negeri 1 Ceper Klaten. Universitas Muhammadiyah Surakarta. [Online], (http://eprints.ums.ac.id/12846/, (diakses 08 Maret 2019).
Ulinata, 2016. Penerapan Arsitektur Perilaku Pada Perancangan Rumah Susun Bagi Nelayan, Studi Kasus: Lorong Proyek Kelurahan Bagan Deli, Kecamatan Medan Belawan, Sumatera Utara. [online], (http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/578/117020013.pdf?sequence=1&isAllowed=y, diakses 23 September 2019).
DOI: https://doi.org/10.24853/purwarupa.4.2.47-54
Refbacks
- There are currently no refbacks.
INDEXED BY: